Siapa sangka pria bertubuh jangkung kekar dan berkulit sawo matang ini selalu memulai harinya dengan menyirami koleksi tanaman bunganya?
“Sekarang ini saya lagi senang sama anggrek,” katanya. Menurut Chicco Jerikho, 33, kecintaannya terhadap tanaman, khususnya bunga, ia peroleh dari sang ayah. Setelah menyiram tanaman, ia menyeruput kopi sambil bermain dengan Fido, anjing teckel kesayangannya.
Usai bersantai, ia tidak pernah lupa berolahraga. Bagi Chicco, hukumnya wajib berolahraga setiap hari sebelum memulai pekerjaan. Dengan berolahraga, ia merasa energinya meningkat, sehingga lebih bersemangat menjalani hari. Wajar saja jika ia terpilih sebagai salah satu Duta Olahraga Kemenpora.
Chicco memulai kariernya sebagai model setelah mengikuti kompetisi Cover Boy di sebuah majalah remaja di tahun 2000. Ingin mencoba hal baru, ia mulai bermain sinetron di tahun 2004. Setelah menjalani syuting tanpa henti, ia pun tiba di titik jenuh.
Untuk mengatasi kebosanan, Chicco belajar berpikir positif sambil memantapkan keinginnya untuk main film layar lebar. Ia keluar dari dunia sinetron, lalu mengejar mimpi menjadi aktor film.
Film pertamanya berjudul “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”—di sinilah ia benar-benar ditempa menjadi seorang aktor. Dan usaha tidak akan mengkhianati hasil. Lewat filmnya ini, ia langsung memperoleh banyak penghargaan, salah satunya sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2014.
Melalui akting, ia menemukan jati dirinya. Untuk setiap peran yang ia ‘hidupi’, tidak sebentar waktu yang harus ia korbankan untuk mendalaminya. Seperti peran Ben dalam film “Filosofi Kopi,” ia membutuhkan waktu yang lama, mulai belajar mengenai biji kopi, sekolah barista, sampai magang sebagai barista di beberapa kedai kopi. Semua itu ia lakukan demi ‘rasa’ yang akan ia curahkan dalam peran yang ia mainkan.
Chicco ingat betul pelajaran yang ia peroleh dari (mendiang) Didi Petet: Akting merupakan hal yang jujur, benar-benar keluar dari hati. Melalui rasa, Chicco dapat mengungkapkan kejujurannya. Karena, dengan rasa, apa pun yang dilakukan akan diterima dengan rasa juga.
Kini Chicco sedang menantang dirinya untuk melakukan sesuatu yang baru: Menyanyi. Ia mengisi soundtrack film “Filosofi Kopi 2: Ben dan Jody” bersama Rio Dewanto, dengan menyanyikan ulang lagu Sheila on 7, Sahabat Sejati. “Karena saya bukan Adele atau Glenn Fredly, saya menyanyi dengan jujur menggunakan rasa,” katanya, dengan gaya khas yang cool.
Di luar kesibukannya di dunia film, ia membuka CJ Tom Yum, restoran Thailand, dan kini sedang mempersiapkan gerai keduanya. Ia juga menjalankan bisnis Kedai Filosofi Kopi layaknya di film. Chicco sebagai Managing Director, Rio menangani bisnisnya, persis seperti Ben dan Jody.
Sibuk? Sudah pasti. Tetapi bukan Chicco Jerikho namanya jika tidak tahu bagaimana mengatasinya. Sejauh ini, apa yang ia jalankan adalah hal-hal yang ia sukai.
Akting? Tidak usah dibahas—ini adalah mimpinya. Bisnis kedai kopi? Setiap hari ia wajib minum kopi. Restoran Thailand? Ayahnya berdarah Thailand, sehingga ia tahu lidah orang Indonesia tidak jauh berbeda dari lidah orang Thailand.
Tidak melulu tentang pekerjaan, hal-hal yang ia sukai juga membawanya ke beberapa pengalaman baru. Selain menjadi duta olahraga, ia merupakan Elephant Warrior dari WWF. Chicco mengaku sudah ‘dekat’ dengan gajah sejak ia dikenalkan pada karakter Dumbo sewaktu kecil.
Chicco meyakini, apa yang ia dapatkan sekarang, semua karena kekuatan Tuhan. Dengan cara sederhana ia menunjukkan rasa terima kasihnya kepada siapa dan apa saja yang ada di sekitarnya, seperti merawat tanaman dan menyayangi binatang.
Karena, bagi Chicco, bila bersikap baik kepada lingkungan sekitar, maka kekuatan itu akan memantul kembali ke dirinya dalam bentuk energi yang positif.
Foto: Arino Mangan
Pengarah gaya: Nanda Djohan
Lokasi: Kedai Filosofi Kopi, Jakarta Selatan