Dari pernikahan pertamanya, Chef Juna memang belum dikaruniai keturunan. Tetapi dalam sebuah wawancara, ia mengaku takut gagal menjadi ayah.
Tak banyak yang tahu Chef Juna pernah menikah. Pernikahan pertama yang gagal diakui Chef Juna tidak membuatnya trauma. Ia siap menikah lagi, jika sudah menemukan yang tepat.
Kriterianya? "Yang penting tidak matre!" ungkapnya, singkat. Ia lantas menambahkan, perempuan materialistis alias matre sangat merepotkan, meski ia tidak menjelaskan dengan pasti apakah ia sendiri yang mengalaminya. "Masa baru jalan sudah minta dibelikan tas Gucci?"
Selain itu, Chef Juna tak suka perempuan yang bergantung pada dirinya. "Wajar kalau kencan laki-laki yang bayar. Tapi sekali-sekali boleh, dong, gantian perempuannya yang traktir. Masa dari 10 kali kencan, sekali aja nggak mau gantian?"
Jika orang menerapkan 'take and give' dalam hubungan, Chef Juna kebalikannya. Ia lebih memilih 'give and take'. "Memberi dulu, baru menerima. Jangan mau enaknya saja. Kita membina hidup ke depan bareng, kalau jadi lintah darat mau jadi apa? Dalam artian hidup semampunya saja. Punya lebih boleh nikmati berdua kelebihan kita, tapi jangan memaksakan, apalagi memaksakan partnernya."
Dalam sebuah wawancara yang dikutip media online, Chef Juna pernah mengatakan takut menjadi ayah. Saya pun bertanya apakah pernyataan itu benar.
"Bukan takut, sih, sebenarnya. Gini, deh. Banyak laki-laki di luar sana yang kurang dewasa. Dalam artian sudah menikah tetapi kelakuannya begitu. Buat saya, seorang lelaki itu harus memiliki integrity and dignity. Kalau mau nakal, nakal sekalian, jangan setengah-setengah. Kalau sudah berubah ya harus total.
"Pernikahan itu tingkatan yang lebih tinggi dari sekadar memegang janji. Saat belum punya anak saja harus meningkatkan kualitas diri, apalagi saat menjadi ayah," jelas Juna.
Ia menambahkan, tidak ada aturan baku menjadi orang tua. Tidak ada pendidikan khusus menjadi orang tua. Saat menjadi ayah, seorang lelaki harus bisa menempatkan diri kapan bisa menjadi ayah dan kapan jadi teman baik anak. "Jadi bukan takut gagal; it's not easy. Kita harus punya persiapan mental dan harus punya komitmen. Menjadi ayah nggak ada gampang-gampangnya menurut saya. Itu perjalanan seumur hidup, bukan cuma mengganti popoknya waktu masih bayi.
"Saat kamu terlalu kasih spoiler sama anak, anaknya bisa jadi brengsek. Saat kamu terlalu keras, anak bisa membangkang. Terlalu memanjakan, anak bisa tidak mandiri. Apalagi kalau sebagai ayah kita belum melepas ego pribadi dan belum dewasa? Lalu suatu hari anak mengaku hamil atau menghamili, bagaimana?"
Juna menambahkan, jika menikah lagi nanti, ia juga tak akan memaksakan istri untuk hamil. "Saya ikut istri saja. Kalau mau punya anak, ayo. Saya orangnya galak, tapi fair. Kalau istri saya tidak mau punya anak, masa saya paksa?" katanya. "Intinya saya siap menikah lagi, tapi calonnya mana?" Juna pun tertawa.
Foto: Shinta Meliza
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah
Lokasi: Correlate, Jakarta Selatan