Bila sekarang ia telah memiliki beberapa butik mentereng di mal-mal mewah di Jakarta, serta puluhan retailer yang tersebar di Hong Kong dan Amerika Serikat (plus penjualan secara online), sesungguhnya Melissa memulai langkahnya dari nol. Dengan modal hanya lima juta rupiah, ia mulai berkreasi dengan bahan katun kanvas kualitas ekspor yang dibelinya di daerah Sunda Kelapa, Jakarta. “Dengan kualitas bahan terbaik, saya dan Ibu ingin memberi sentuhan kesempurnaan pada desain dan produk kami,” kenang wanita yang juga gemar menulis ini. Modal lainnya adalah satu unit mesin jahit antik milik neneknya dan garasi rumahnya. Untuk memperkenalkan karya-karyanya ke masyarakat luas, Melissa rajin mengikuti pameran.
Harga produk Tulisan yang relatif mahal juga berasal dari komitmen Melissa sejak awal untuk mengelola bisnis secara beretika, antara lain ramah lingkungan, dikerjakan oleh komunitas lokal, memberdayakan wanita dan anak muda, pengupahan yang manusiawi, tidak mempekerjakan anak-anak, dan sebagainya. Untuk menjaga lingkungan hidup, ia menerapkan sustainable design principles, yaitu meminimalisasi jejak karbon. Misalnya, saat memotong kain, polanya dibuat sedemikan rupa agar tidak banyak sisa kain yang menjadi limbah. Ia juga konsisten menggunakan tinta yang eco-friendly (meskipun harganya lebih mahal) di atas kain kanvas yang tanpa melalui proses pemutihan. Setiap item pun diproduksi dalam jumlah terbatas. Untuk itu, Melissa merasa harus terjun langsung dalam pembuatan pola dan proses penyablonan, dengan tujuan untuk meminimalkan produk reject yang nantinya hanya menjadi sampah.