Wanita lebih rentan mengalami osteoporosis dari pada pria. Pahami dan cegah dengan cara ini.
Tulang memegang peranan penting sebagai penyangga bentuk tubuh kita. Saat seseorang mengalami osteoporosis, maka tulang akan lebih mudah patah karena massa tulang yang rendah. Hadir tanpa gejala, osteoporosis bisa sangat berbahaya. Begitu tulang mengalami benturan walaupun cukup ringan, maka tulang akan patah.
“Patah tulang itu jangan diremehkan. Kalau patah di tangan, memang operasinya gampang. Yang paling ditakuti adalah ketika kita jatuh terduduk. Patahnya akan di pangkal paha. Kalau tidak dioperasi, maka tidak akan sembuh. Pasien pun jadi tidak bisa berjalan. Biaya perawatan akan jauh lebih mahal,” jelas dr. Rudy Hidayat Sp-PD-KR, FINASIM dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Osteoporosis bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena bertambahnya umur, menopause, kurangnya vitamin D, dan kalsium. Ketika seorang wanita mengalami menopause maka hormon estegoren akan berhenti diproduksi. “Kondisi menopause itu menyebabkan wanita kehilangan hormon estrogen yang berperan mengendalikan sel osteoklas,” lanjut dr. Rudy.
Sel osteoklas adalah sel yang berfungsi merusak sel tulang yang sudah tua. Agar tulang tetap sehat, ada dua proses yang berjalan beriringan pada manusia, yaitu resorpsi—perusakan sel tulang yang sudah tua—dan formasi, yaitu pembentukan sel tulang yang baru dengan bantuan sel osteoblas. Saat hormon estrogen tidak lagi diproduksi, sel osteoklas si perusak tulang akan lebih aktif bekerja. Pada pria, proses pengeroposan tulang akan lebih lama terjadi, yaitu di usia 70-an saat hormon testosteron sudah menurun produksinya. Proses menurunnya hormon testosteron akan berlangsung perlahan, tidak seperti hormon estrogen yang langsung hilang saat terjadi menopause.
Tulang secara alami mengalami proses perusakan dan pembentukan. Kedua proses berjalan beriringan agar kondisi tulang tetap terjaga. Namun, pada akhir usia 30-an, proses perusakan atau resorpsi akan lebih aktif ketimbang proses pembentukan tulang. Mereka yang berusia di akhir usia 30-an mengalami Peak Bone Mass atau puncak masa tulang. Hal ini karena tulang telah mencapai keseimbangannya. Kondisi tulang bisa bertahan dan bisa pula menurun kepadatannya, tetapi tidak bisa bertambah baik. Setelah mencapai puncak masa tulang, akan lebih mudah bagi seseorang untuk mengalami tulang keropos. Pada wanita, kondisinya akan lebih parah ketimbang pria karena wanita mengalami menopause.
Tulang yang keropos (baca cara pencegahan tulang keropos di sini) juga bisa disebabkan oleh kurangnya kalsium atau vitamin D. Saat salah satu zat ini jumlahnya tak cukup, tubuh akan membentuk hormon paratiroid. Hormon ini akan memicu sel osteoklas sehingga lebih aktif, karena jumlah kalsium di dalam darah mengalami kekurangan. Sel osteoklas pun akan menggerogoti tulang untuk memenuhi kalsium dalam darah yang kurang. Akibatnya, tulang akan mengalami osteoporosis.
Untuk mencegahnya, kita perlu menjaga kandungan vitamin D dan kalsium di dalam tubuh. Vitamin D mampu meningkatkan penyerapan kalsium, sedangkan kalsium dapat meningkatkan kepadatan tulang. Pada umumnya, manusia membutuhkan 800-1000 mg kalsium dan vitamin D sebesar 400-800 IU setiap harinya. Agar vitamin D tercukupi, luangkan waktu terkena matahari pagi (sebelum pukul 09/00) 15-30 menit dalam sehari. Berjemur amat baik untuk memicu produksi vitamin D di bawah kulit.
Agar kebutuhan kalsium terjaga, Anda bisa rutin mengonsumsi jenis makanan yang kaya kalsium, seperti daging, ikan, dan sayur. Kalsium dan vitamin D juga tersedia dalam bentuk suplemen. Sebelum memutuskan meminum suplemen, konsultasikan terlebih dulu kepada dokter. Di samping itu, kebiasaan berolahraga juga sangat baik untuk mencegah tulang keropos. Dengan aktif bergerak, maka tulang akan lebih kuat.
[Baca juga cara menjaga kesehatan tulang dan otak]