Marah pada rekan kerja tak selalu berarti buruk. Coba hadapi dengan cara ini.
Secinta-cintanya Anda pada pekerjaan, pasti ada masanya Anda merasakan kemarahan pada rekan kerja atau anak buah. Masalah lainnya, Anda tak bisa begitu saja marah-marah pada rekan kerja seperti Anda sedang berada di rumah. Jangan biarkan ini mengganggu kinerja Anda dan tim. Coba hadapi dengan beberapa cara berikut.
Anda marah karena peduli
Perbedaan pendapat di tempat kerja adalah suatu hal yang tak terhindarkan, apalagi jika perusahaan Anda sedang dalam masa transisi. Perubahan besar yang direncanakan perusahaan tentu menuntut banyak pengertian dan penyesuaian di sana-sini, yang berdampak langsung pada cara kerja Anda dan rekan-rekan. Yang penting, pahami bahwa Anda merasa tak enak seperti itu karena Anda peduli dengan kelancaran kerja tim Anda juga.
Berpikir sejenak
Sebelum Anda ‘kelepasan,’ coba pikirkan lagi keberadaan Anda di kantor ini beberapa bulan ke depan. Jika Anda masih ingin bertahan, ada baiknya Anda menyelesaikan masalah ini dengan rekan kerja Anda. Tapi, ini bukan berarti jika Anda telah mantap akan resign maka bisa begitu saja melepas amarah. Bisa dibayangkan seperti apa jembatan yang telah Anda bangun selama ini, dengan kontak dan reputasi, Anda bakar dalam sekejap saja karena tersulut emosi. Jelas, marah-marah dan menyalahkan orang-orang bukan pilihan yang tepat.
Jangan sampai beredar di ‘infotainment’ kantor
Jangan bergosip! Kalau Anda punya masalah dengan satu orang, maka selesaikanlah hanya dengan orang tersebut, tanpa membawa-bawa orang lain yang tak berkaitan. Tak perlu pula Anda membawa-bawa masalah Anda hingga masuk ‘buletin gosip’ yang beredar di seantero kantor. Kalau Anda perlu meledakkan kekesalan Anda, coba hubungi teman-teman terdekat Anda lewat WhatsApp chat, mungkin?
Bicarakan berdua
Daripada mengganjal terus, coba sapa rekan kerja Anda dan katakan apa yang mengganggu Anda. Bisa saja si rekan kerja malah tak sadar sama sekali kalau ia baru-baru ini salah bicara, atau melakukan sesuatu yang tak tepat bagi Anda. Tanpa menuduh atau menghakimi, tanyakan kepadanya mengapa si rekan kerja itu mengatakan hal X di momen Y, padahal itu bukan hal patut menjadi konsumsi umum?
Jadwalkan waktu khusus
Kalau Anda merasa sangat marah dan rasanya Anda tahu kalau si rekan atau anak buah sepertinya akan bertindak defensif, menjelaskan masalah lewat e-mail tak akan membuatnya usai. Upayakan Anda punya waktu khusus untuk mendiskusikannya, dengan waktu yang pas dan tentunya komitmen untuk menemukan solusi dengan logis dan sebisa mungkin objektif.
Berhati-hatilah dengan pilihan kata Anda
Anda tentu tak ingin menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan dalam sebuah konflik. Pahami kesalahan Anda dalam salah paham ini, dan minta maaf jika diperlukan. Hindari kalimat-kalimat menghakimi seperti, “Saya tak suka ketika Anda...” atau “Apa, sih, yang Anda pikirkan waktu melakukan...” Coba mulai utarakan maksud Anda dengan, “Di rapat kemarin sepertinya ...., dan saya merasa...” atau “Ketika Anda mengatakan .... saya pikir itu... Apa maksudnya seperti itu?”
Sertakan seorang penengah
Jika konflik Anda dan rekan kerja Anda terlalu besar untuk diselesaikan berdua saja, ajak seorang mediator untuk menengahi, Ini bisa berarti salah satu atasan Anda atau manajer SDM. Kalau Anda merasa mereka tak memberi Anda kesempatan bicara atau bertindak diskriminatif, sertakan seorang rekan lain. Rekan lain ini harus punya nilai kepercayaan yang sama di mata Anda dan rekan yang sedang berkonflik.
[Baca juga 5 hal yang bikin rekan kerja Anda jengkel setengah mati]
Sumber: Levo.com