Ada empat cara mudah untuk membedakan apakah Anda narsistik atau mencintai diri sendiri. Jangan sampai tertukar.
Narsistik (bentuk baku dari narsis) biasa digunakan untuk meledek orang-orang yang senang posting selfie di media sosial. Padahal, narsistik tidak sesederhana itu. Menurut KBBI, narsistik adalah kepedulian yang berlebihan pada diri sendiri yang ditandai dengan adanya sikap arogan, percaya diri, dan egois.
Istilah narsistik berasal dari mitologi Yunani tentang Narcissus yang memiliki kebiasaan melihat pantulan dirinya di sungai dan kemudian jatuh cinta. Narcissus melakukan kebiasaan ini sampai mati. Zaman sekarang kita lebih sering melihat diri sendiri melalui cermin. Membetulkan riasan, atau sekadar ingin tahu keadaan wajah atau tubuh kita. Tapi bisakah kita melihat ke dalam diri sendiri dan mengenali diri sebaik cermin memantulkan kondisi fisik kita?
Coba tanyakan empat pertanyaan berikut untuk membedakan apakah kita sudah mencintai diri sendiri atau hanya narsistik:
1. Adakah kebutuhan untuk meningkatkan kualitas diri agar dapat melawan orang lain?
Orang yang mencintai diri sendiri dengan normal percaya bahwa dirinya memiliki kualitas positif, begitu juga orang lain. Jika kita narsistik, kita cenderung membandingkan diri dengan orang lain, termasuk percaya bahwa kita lebih baik dari semua orang. Penelitian menunjukkan, sebagian besar orang narsistik cenderung menempatkan diri di atas rata-rata orang kebanyakan, meskipun tidak sesuai kemampuan mereka.
2. Apakah Anda lebih fokus pada 'terlihat baik' daripada melakukan segala sesuatu dengan baik?
Orang narsistik fokus bermain peran sebagai teman yang peduli, kekasih setia, atau karyawan yang baik. Mereka lebih peduli bagaimana mereka terlihat ketimbang bagaimana kualitas sebenarnya dari kinerja mereka. Sedangkan orang yang mencintai diri sendiri berusaha melakukan segala hal dengan baik karena merasa bertanggung jawab.
3. Butuhkah Anda akan validasi eksternal?
Seorang narsistik membutuhkan validasi orang lain untuk kehebatannya. Mereka butuh penegasan konstan dari orang lain. Mereka mungkin melakukan segala hal gila untuk memenangkan pujian dan pengakuan. Narsistik juga cenderung mengukur kelayakan mereka berdasarkan simbol status seperti perhiasan, pakaian, kekasih yang romantis, dan lainnya.
Sedangkan orang yang mencintai diri sendiri percaya pada nilai-nilai diri mereka tanpa perlu pengakuan orang lain, dan mereka mempertahankan nilai-nilai itu untuk dirinya sendiri.
4. Apakah emosi dan sikap tampak 'hitam-putih'?
Penelitian menemukan bahwa narsistik cenderung tidak menoleransi sesuatu yang abu-abu. Mereka tidak bisa menoleransi perasaaan tidak nyaman, cenderung ingin menguasai orang lain, sering merasakan kecewa, dan merasa terisolasi.
Sedangkan orang yang mencintai diri sendiri dengan normal mampu terhubung dengan orang lain. Menikmati kerentanan diri sendiri, dan secara alami menoleransi ketidakpastian emosi sehingga bisa merasakan kasih sayang.
Anda bisa coba ini:
Lakukan meditasi cermin. Anda dapat menggunakannya untuk melatih kesadaran diri. Jika selama ini kita menggunakan cermin untuk memproyeksikan bagaimana diri kita di mata orang lain, kali ini kita akan menggunakan cermin untuk memahami diri sendiri.
Duduk di depan cermin selama lima menit tanpa gangguan atau tendensi untuk melakukan kritik atau menghibur diri sendiri. Hanya duduk dan buka diri Anda untuk merasakan segala hal yang Anda lihat dalam cermin. Coba lakukan setiap hari dan bagikan pengalaman Anda di kolom komentar ya....
Sumber: Psychology Today