Secara umum, ada beberapa kekhawatiran ibu soal puasa di kala hamil dan menyusui: Melahirkan bayi dengan berat badan rendah, pengaruh terhadap gizi anak dalam kandungan atau bayi, pengaruh terhadap intelegensia anak, dan perubahan kualitas ASI.
Sebenarnya Anda tak perlu khawatir jika bayi Anda lahir dengan berat rendah karena Anda puasa selama hamil.
Memang benar, dalam sebuah studi ditemukan fakta soal penurunan berat badan bayi akibat ibu yang berpuasa di bulan pertama, ada perkiraan penurunan berat badan bayi sekitar 40 gram. Tetapi, ini relatif kecil dan tidak berdampak besar pada kesehatan janin.
Soal IQ, gizi dan kualitas ASI juga demikian. Tidak ada pengaruh langsung akibat puasa pada intelegensia bayi. Dan, mengacu pada sebuah studi yang dilakukan oleh sekelompok dokter anak di Asia Tengah pada 2007, puasa yang dilakukan oleh ibu menyusui tidak akan mengubah komposisi ASI secara bermakna.
Alasannya, saat berbuka puasa, tubuh akan melakukan kompensasi cadangan zat-zat gizi yang diambil dari simpanan tubuh berupa lemak, energi, protein serta vitamin dan mineral.
Meskipun demikian, perubahan-perubahan memang terjadi dalam tubuh ibu ketika berpuasa, di antaranya perubahan keseimbangan kimia dan hormon dalam darah, berefek pada perubahan mood, nafsu makan dan gejala-gejala, seperti muntah dan sebagainya. Karena itu, para ibu wajib menaruh perhatian lebih pada gizi selama bulan puasa.
Ibu hamil dan menyusui harus tetap makan tiga kali sehari, yaitu saat sahur, berbuka dan sesudah tarawih. Kemudian, ibu hamil dan menyusui sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan berbahan dasar susu dan protein kurang lebih dua kali lipat lebih tinggi.
Ibu yang menyusui tidak memerlukan makanan atau diet khusus. Namun, untuk menjaga kesehatan, silakan menambah diet 50%-55% kalori dari karbohidrat, 12%-15% dari protein, serta maksimal 30% dari lemak.
Ada yang perlu dihindari? Ya. Makanan trans-asam lemak, seperti cracker, snack dan kue panggang. Ini bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular bagi ibu.