“Bahasa adalah faktor terpenting dalam hubungan manusia. Bahasa tanpa emosi bisa mengakhiri peradaban kita.”
Itu adalah sebuah kutipan kalimat yang ditulis oleh Melissa Sunjaya, di atas tembok putih dalam pameran tunggalnya bertajuk Bio Fantasy. Visual yang ditampilkan membuat saya takjub karena di atas karya ilustrasi Melissa terdapat elemen tersembunyi, yaitu kutipan puisi Chairil Anwar. Kutipan tersembunyi tersebut tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun dengan alat bantu melalui lensa merah. Pada saat menemukan kutipan puisi di balik 75 karya ilustrasi tersebut, saya merasakan sensasi berbeda; saya merasa terhubung dan menjadi bagian dari karya seni tersebut.
“Proyek Bio Fantasy ini mengkaji kondisi peradaban kita saat ini. Observasi saya tentang kecendrungan masyarakat modern dalam mengadopsi sebuah bahasa sosial baru yang ada di dunia maya,” ujar Melissa Sunjaya menjabarkan keseluruhan ide d ibalik pameran tunggalnya ini. Menurut Melissa, budaya dunia maya ini tanpa sadar memupuk sebuah jenis bahasa unik yang semakin tidak menggunakan empati. Visi Melissa melalui Bio Fantasy bertujuan menanamkan puisi yang memiliki emosi ke dalam karya seni yang dibuatnya.
Usaha Melissa dalam proyek ini dimulai dengan menggali puisi Indonesia dan menemukan warisan sastra Chairil Anwar. Hingga pada Maret 2015 Melissa bertemu Prof. Dr, Burton Raffel, seorang sastrawan kenamaan asal Amerika Serikat yang menerjemahkan karya Chairil Anwar ke dalam Bahasa Inggris, di buku The Voice of The Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar.
Pameran Bio Fantasy merupakan kolaborasi buah pemikiran sastrawan Chairil Anwar dan kemerdekaan menciptakan karya visual abstrak. Tujuannya untuk menyelamatkan umat manusia dari tindakan diri mereka sendiri. Pameran ini berlangsung dari 13-28 Agustus 2016 di Galeri Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
[Baca juga tentang Chairil Anwar dalam label Tulisan]
Foto: Witjak Widhi Cahya