Beryoga Nonstop di Bali Spirit Festival
Hari semakin terik tapi tak mencegah saya untuk melangkahkan kaki mengikuti kelas Laughing Yoga yang diajari oleh Kay Wararuk Sunonethong dari Thailand. Ketika tertawa, otot diafragma dilatih melebari sehingga kita bisa bernapas dengan lebih dalam. Dengan napas yang dalam, maka kita akan lebih rileks. Mulanya, peserta diminta untuk melatih suara dengan bunyi “ho ho ho ha ha ha”. Dengan gerakan bebek—tangan di samping mengepak-kepak—peserta berputar di taman sambil mengucapkan bunyi-bunyian itu.
Semua peserta berhasil dibuat terpingkal-pingkal dengan metode unik dari Kay. Peserta juga disuruh berakting seakan-akan bertemu dengan teman lama! Hasilnya, peserta yang berpapasan, saling memeluk sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Lima hari sudah saya mengikuti segala kegiatan di Bali Spirit Festival. Awalnya, tak pernah terbersit di pikiran saya jika festival ini bisa mengubah diri saya menjadi diri yang lebih baik. Di hari terakhir saya menyadari, bahwa perasaan ini terasa lega. Kehawatiran yang saya bawa dari Jakarta, terasa sirna.
Sepulang dari Bali, seorang teman berkata, “Kok kamu lebih sering senyum, ya, sekarang?” dan saya menjawab, “Tahun depan, kamu harus datang ke Bali Spirit Festival, deh!,” Yah, pantas saja Zarina Mastikbayeva, kenalan saya dari Kazakhstan itu, rela jauh-jauh ke Ubud untuk mengikuti festival ini. Sekarang saya tahu jawabannya mengapa festival ini sangat ramai peserta dari seluruh dunia.
[Baca juga soal mematahkan stigma yoga]
Foto: Shinta Meliza