Mimpi mampu mengubah hobi menjadi bisnis. Komunitas Ngebenang rela meluangkan waktu untuk mewujudkannya.
Siang itu, di sudut suatu kafe di daerah Epicentrum, Jakarta Selatan, sekelompok perempuan tampak sibuk mengerjakan kerajinan tangan. Mata mereka fokus memerhatikan seorang pembicara yang sedang menjelaskan rangkaian aktivitas yang harus mereka lakukan sebelum membuat karya.
Mereka tak berhenti bertanya atau memberikan komentar, baik mengenai suatu hal yang belum mereka pahami maupun sekadar melempar canda.
“Suasana seperti inilah yang membuat kami selalu ingin mengadakan workshop. Saling berbagi ilmu dan bertemu dengan sesama anggota komunitas.
“Sekarang ini kami memang bisa mendapat ilmu menyulam atau merajut, atau membuat prakarya lainnya dengan mudah di YouTube, tapi itu tidak cukup. Karena untuk belajar, kita butuh seseorang yang bisa menjelaskan dari dua sisi. Ada tip dan trik yang bisa kita dapatkan dengan belajar langsung,” ujar Ririe Kartiko, salah satu pendiri Komunitas Ngebenang.
Cinta dan minat terhadap benang dan segala sesuatu yang bisa dihasilkan darinya membuat Citta Nandini, Dety Iskandar, Ririe Kartiko, Wulan Muktiarsih, dan Ana Ilyas, berani menyatukan hasrat mereka ke dalam satu komunitas. Setelah hanya aktif di grup WhatsApp dan Instagram, Komunitas Ngebenang kini mengembangkan kegiatan mereka dengan mengadakan workshop satu bulan sekali.
Meski berasal dari berbagai wilayah yang letaknya berjauhan, seperti Depok, Bekasi, Jatiwaringin hingga Joglo, para anggota tampak antusias berbagi ilmu mereka soal membuat crochet, knitting, weaving, brush lettering, painting, embroidery hingga macramé.
“Kami biasanya memilih kafe sebagai tempat bertemu. Selain mudah dijangkau oleh para anggota, lokasi ini sekaligus sebagai media promo dari kegiatan kami agar dapat dilihat oleh orang lain. Sebelumnya kami juga pernah mengadakan gathering di Shophaus Menteng, lalu di Hause Rooftop, dan tempat-tempat lain yang memudahkan kami bertemu setiap bulannya,” ujar Ririe.