Rekan kerja sahabat saya, sebut saja dia Lala, bukan perokok. Namun ia bersahabat dengan geng ceriwis perokok, sehingga selalu ikutan ketika geng perokok beristirahat untuk sebats alias menghirup sebatang-dua batang rokok.
Tanpa sadar, Lala menjadi perokok pasif. Bukan tak mungkin ia rentan terhadap berbagai penyakit, sama halnya seperti jadi perokok aktif.
Di Hari Tanpa Tembakau Sedunia tanggal 31 Mei, yuk, kita ingatkan lagi "Lala-lala" di sekitar kita, atau mungkin dia adalah kita sendiri.
Bersahabat dengan siapa saja itu pilihan, tapi memilih tidak menjadi perokok pasif adalah pilihan cerdas.
Menurut para pakar kesehatan di AS, tidak ada level aman jika Anda terpapar sebagai perokok pasif. Kandungan rokok yang berbahaya seperti benzopyrene, lead, karbon monoksida, arsenik, amonia, formalhida, hingga beragam jenis sianida, sama beracunnya bagi perokok pasif.
Banyak penelitian juga sudah mengonfirmasi bahwa kandungan berbahaya itu bisa menimbulkan kanker saat kita terpapar lewat udara, dan masuk ke paru-paru dan aliran darah.
Menurut standar kesehatan di AS, bahkan momen sejenak di sekitar asap rokok bisa membahayakan kesehatan seseorang (apalagi terjebak dalam kendaraan umum penuh perokok tak tahu etiket!).
Pemerintah AS memperkirakan bahwa tinggal bersama perokok meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru hingga 30% bagi perokok pasif. Dan risiko yang dihadapi perokok pasif bukan hanya kannker paru-paru, melainkan juga kanker serviks, kanker ginjal, kanker saluran pernpasan, hingga tumor otak.
Menjadi perokok pasif pun bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya, seperti asma dan penyakit jantung. Risiko terkena semakin tinggi bagi perokok pasif yang merupakan wanita hamil, lansia, juga mereka yang punya gangguan pernapasan.
Karena itu, apalagi jika Anda punya anak, jangan biarkan pasangan atau Anda sendiri merokok di dalam rumah. Biarkan anak mendapatkan haknya atas udara bersih.
Jika Anda perokok dan menyusui, berhentilah merokok. Meski Anda bisa berkilah baru akan menyusui beberapa jam setelah merokok, asap yang menempel pada wajah, rambut, dan anggota tubuh Anda lainnya bisa berpindah ke bayi Anda.
Jika Anda seorang perokok, mungkin Anda bersikap skeptis akan hal ini. Tapi penyesalan selalu datang terlambat jika orang yang Anda sayangi dan perokok pasif mengalami masalah kesehatan ini.