Pertanyaan yang sering datang kepada pasangan yang baru menikah adalah, ”Kapan punya momongan?”
Setelah punya satu pun, pertanyaan lain masih mengejar, “Kapan tambah lagi? Biar sepasang.”
Entah apa lagi pertanyaan selanjutnya. Kenyataannya, banyak pasangan kini memilih satu anak saja.
Bukan karena tidak mampu, tapi karena mereka berpikir panjang ke depan. “Bisakah saya membahagiakannya, lahir batin?”
Mengapa satu?
Banyak pasangan, terutama yang menikah dan punya anak di atas usia 35, menyatakan hal serupa.
Pasalnya, jadi orang tua zaman sekarang makin berat; terutama karena kita harus mempersiapkan anak lebih matang menghadapi persaingan global.
Sebagai ilustrasi, untuk membesarkan seorang anak hingga jenjang SMA di Amerika Serikat menghabiskan sekitar 286.050 dolar. Sementara di Indonesia, kisarannya antara 100 juta hingga 300 juta rupiah (dengan asumsi inflasi 12% per tahun).
Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak wanita yang menunda menikah karena mengejar karier maupun pendidikan tinggi. Konsekuensinya, mereka baru punya anak di usia 30-an.
Otomatis, rentang masa subur mereka pun relatif lebih pendek dibanding wanita dulu yang menikah di usia 20-an.
Untunglah tuntutan tradisional domestik terhadap wanita urban sudah tak setinggi dulu. Tepatnya setelah wanita juga ikut turun ke lapangan mencari nafkah keluarga. Meskipun penting untuk menyambung keturunan, punya anak tak lagi wajib hukumnya.
Maka sebagai kompromi, banyak pasangan yang memilih untuk punya hanya satu anak.
Jadikan 'permata'
Meskipun banyak orang bahkan saran pemerintah mengatakan lebih baik punya anak dua saja, tapi keputusan akan jumlah anak sepenuhnya berada di tangan kita.
Pertanyaan yang lebih penting adalah, “Apakah keputusan itu membahagiakan anak?” dan “Apakah Anda juga bahagia dengan keputusan itu?”
Hasil studi yang dilakukan Hans-Peter Kohler, sosiolog dari University of Pennsylvania, AS, menunjukkan bahwa wanita yang memiliki anak tunggal lebih puas terhadap kehidupannya dibanding wanita yang tidak punya anak atau punya anak lebih dari satu.
Artinya, dengan cukup punya satu anak, mereka bisa memaksimalkan kebahagiaan dirinya. Begitu pula jika sudah memutuskan untuk punya anak tunggal, hendaknya kita membekali diri untuk bisa mengasuhnya dengan tepat sehingga anak bisa berkembang optimal dan terbebas dari stigma sosial yang ada.
Intinya, berapa pun jumlah anak Anda tidak masalah, asalkan kita mampu menjadikan mereka masing-masing 'permata'. Ia bisa 'bersinar' dan menyinari orang-orang di sekitarnya.
Dan sebagai orang tua, kita juga punya tanggung jawab kepada negara ini untuk menyumbangkan 'aset' SDM berkualitas.