Ada lima kunci sukses bagi seseorang untuk menghadapi masa pensiun. Dan sebagai anak, kita bisa membantu mereka untuk meraih kelima kunci tersebut.
Menurut Yvett Guerrero, Ph.D dari University of California, San Francisco, kelima kunci itu adalah memiliki relasi yang memuaskan, sehat jasmani dan rohani, memiliki keamanan finansial, tetap berpikir muda, dan melakukan kebajikan.
Kita patut bersyukur apabila orang tua kita mau terbuka soal kondisi keuangan mereka. Dari keterbukaan ini kita bisa mengetahui peta keuangan mereka serta rencana-rencana mereka ke depan. Dari situ pula kita bisa membantu memikirkan cara pengelolaan keuangan agar orang tua kita tidak menjadi sasaran empuk para ‘penjahat’ yang menawarkan investasi bodong lewat internet. Anda bisa membantu orang tua menghadapi masa pensiun dengan cara yang sehalus mungkin tanpa membuat mereka takut menghadapi masa depan.
Bicarakan soal tempat tinggal baru.
Tanyakan kepada orang tua Anda, akan tinggal di mana setelah mereka pensiun. Apakah akan menjual rumah yang sekarang ditinggali dan membeli rumah yang lebih kecil, atau tinggal dengan salah satu anak. Hal ini tentu tidak mudah, karena mereka akan merasa kehilangan ikatan emosi dengan rumah yang dibangun sejak mereka menikah. Tinggal di rumah anak juga berarti beradaptasi dengan peraturan baru, kebiasaan baru, dan lingkungan baru – hal yang tidak terlalu mudah lagi bagi orang yang sudah tua.
Cari tahu aset mereka
Apa saja yang dimiliki orang tua Anda selain uang pensiun yang diterimanya setiap bulan. Misalnya tanah, asuransi, tabungan atau deposito, emas, saham, dan lain-lain.
Cari financial planner
Ini untuk membantu orang tua Anda memetakan keuangan dan asetnya. Pilih perencana kuangan yang tidak menguras uang orang tua Anda. Mintalah saran untuk berbagai kemungkinan bisnis atau investasi yang prospektif tapi relatif aman.
Kemungkinan Membuka UKM
Bicarakan soal kemungkinan tetap berkarya dengan membangun usaha kecil. Ingin tetap aman secara finansial merupakan hak setiap orang. Namun kebutuhan orang tua Anda tidak semata uang, tetapi juga kegiatan yang membuat mereka tetap ‘hidup’ dan merasa diri berarti. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan wacana adanya berbagai kemungkinan, misalnya membuat usaha kecil yang memberi penghasilan namun tidak menguras tenaga dan minim risiko. Atau tetap memanfaatkan skill yang mereka miliki untuk memulai kegiatan baru. Untuk merencanakan ini, orang tua Anda butuh pendampingan, mengingat kemampuan analitis mereka tidak lagi segesit ketika masih muda.
Jauhkan orang tua dari penipu.
Penambahan usia berkaitan dengan menurunnya kemampuan berpikir. Ini pula yang sering menjadi incaran para penipu. Ingatkan orang tua Anda agar tidak tergoda oleh berbagai tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam sekejap, saham yang tak jelas, jual beli online, asuransi kesehatan yang tidak punya reputasi bagus, atau tawaran-tawaran dari telemarketer.
Jangan korbankan tabungan Anda.
Kelas menengah di Amerika sekarang ini disebut sandwich generation. Mereka tidak hanya menghidupi diri sendiri dan anak-anak mereka, tetapi juga orang tua mereka, meski orang tua mereka sudah mendapat tunjangan hidup dari pemerintah. Di Indonesia, sandwich generation terjadi hampir di setiap generasi. Jangan serta-merta menyuplai biaya hidup mereka dengan mengorbankan tabungan Anda. Bagaimanapun, kewajiban utama Anda sekarang adalah menghidupi keluarga inti. Tak ada salahnya bila orang tua Anda masih ingin memberdayakan diri sendiri.