Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Alberthiene Endah, kisah ini diangkat dari perjalanan hidup Athirah, ibunda Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI. Sejak detik pertama, film sepanjang 82 menit yang dirilis untuk umum mulai 29 September ini sudah menggiring penonton memasuki sebuah budaya lokal yang cukup sering berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari kita, tapi nyaris tidak pernah diangkat ke layar lebar, yaitu budaya Bugis. Apalagi ini juga menjadi cita-cita terpendam sang sutradara, Riri Riza, yang memang berasal dari Sulawesi Selatan.
Namun, sepanjang film, tidak ada sedikit pun keterangan yang menunjukkan bahwa film ini ada kaitannya dengan keluarga besar Jusuf Kalla, kecuali nama Athirah. Tak ada keterangan bahwa Puang Ajji adalah Haji Kalla, Ucu adalah Jusuf Kalla, Ida adalah Mufida Kalla, dan sebagainya. Menurut produser Mira Lesmana, ini memang disengaja, karena ia tidak bermaksud membuat film biopik. “Athirah, Ucu, atau Puang Ajji bisa siapa saja. Kami hanya ingin mengajak kita semua untuk kembali ke keluarga, dengan membuat sebuah film tentang keluarga di mana sosok ibu menjadi sosok sentralnya,” jelas Mira dalam konferensi pers setelah acara press screening Athirah pada 22 September 2016.
Jempol saya acungkan buat Cut Mini yang bermain total sebagai Athirah. Ia bukan saja berhasil menguasai dialek Bugis-Makassar dengan bagus, tapi juga berhasil menampilkan ‘akting-akting halus’ yang cemerlang. Ia mampu menampilkan rasa terluka yang luar biasa (ketika tahu suaminya punya istri lain namun tak bermaksud melepaskannya) tanpa harus menangis menggerung-gerung atau berteriak marah. Cukup dengan sorot mata yang kesakitan, bibir yang mengatup erat, atau bahasa tubuh lainnya. Cut Mini juga mengakui, dari semua film yang pernah ia bintangi, film inilah yang paling menguras emosinya. Saking terkurasnya, ia bahkan sampai sempat tak sadarkan diri setelah merampungkan salah satu adegan. “Seumur hidup baru sekali ini saya merasakan yang namanya pingsan,” kata Cut Mini.
,
Jajang C. Noer—yang berperan sebagai Mak Kerah, ibunda Athirah yang merupakan istri keempat dari ayah Athirah—seperti biasa juga tampil bagus sebagai pemain watak kawakan, terutama dengan penguasaan dialek Bone-nya yang sempurna, sehingga dipuji oleh Riri Reza. “Itu hasil latihan pagi-siang-malam selama berbulan-bulan,” ungkap Jajang.