.jpg)
Berbeda dengan arus. Arus itu tidak tampak. Kita tidak merasakan kehadirannya dan tidak melihat kedatangannya, karena ia bergerak di dalam diam-diam. Saya menyamakannya dengan berbagai pengaruh yang melanda kesadaran kita.
Sesungguhnya arus yang memengaruhi kesadaran kita ini jauh lebih berpengaruh ketimbang gelombang masalah dan cobaan hidup, yang kerap tampak dahsyat dan membuat kita kelenger. Sebab, segala sesuatu yang berpengaruh pada kesadaran kita, itulah yang menentukan pilihan dan gerak hidup kita, dan Semua berasal dari kesadaran dari dalam dirinya.
Di antara berbagai hal yang paling kuat pengaruhnya terhadap arus-dalam diri kita adalah segala sesuatu yang kita terima mentah-mentah waktu kita masih kecil. Misalnya, dulu saya diberitahu bahwa perempuan cantik itu yang kulitnya putih. Karena saya tidak berkulit putih, sampai besar saya tidak yakin bahwa saya ini cantik. Kendati sudah melihat sendiri kenyataan bahwa kulit gelap pun memiliki pesona tersendiri, jauh di dalam hati tetap saja saya mendambakan punya kulit terang.
Itu baru konsep tentang kecantikan. Padahal, banyak sekali konsep-konsep yang kita terima sejak kecil yang tertanam dalam kesadaran kita. Meski tidak semua berguna, bahkan ada yang berbahaya, nyatanya konsep-konsep itu ikut membentuk kebiasaan-kebiasaan kita dalam menjalani hidup.
Termasuk berbagai konsep yang ditanamkan tentang hidup itu sendiri. Bahwa seluruh perjalanan hidup kita di dunia hanyalah untuk dinikmati nanti setelah mati—itu pun kalau berhasil masuk surga. Bahwa tanpa berpasangan, hidupmu tidak lengkap. Dan lain sebagainya yang kita yakini tanpa pernah mencari buktinya.
Sebagai arus, kita tidak melihat dan merasakannya dengan jelas. Tapi kita dibawanya bergerak tanpa kita sadari. Maka kita pun hanyut ke karang nestapa, terapung-apung macam buih yang tidak berdaya. Atau terjebak di tengah-tengah gelombang tinggi karena menjalani hidup secara tidak sadar, hanya mengikuti arus—dari dalam dan juga dari luar, tapi terutama dari luar. Sebab arus dari luar itu seolah mengonfirmasi keyakinan-keyakinan yang telah bercokol di dalam pikiran kita, namun nyaris tidak kita sadari kehadirannya.
Mungkin yang dinamakan ‘pencerahan’ tak lain adalah keluar dari pengaruh arus-arus yang tidak disadari itu. Dengan menghidupkan kembali kesadaran, kita tidak akan membiarkan diri terseret ke sana kemari.
Caranya antara lain dengan menepi dan duduk tenang sejenak di pinggir laut sambil mengamati dan mengawasi dari kejauhan gelombang-gelombang pikiran kita sendiri. Dengan mengawasi pikiran-pikiran sendiri, sesungguhnya kita bisa mengantisipasi dan mengatasi berbagai masalah yang datang dalam kehidupan.