Di antara waktu bekerja yang penuh selama 8 jam, Anda masih harus menyiapkan sarapan untuk keluarga, mengantar anak ke sekolah, bekerja lagi, lalu menjemput mereka dan menitipkan kepada orang tua atau pengasuh, kemudian kembali berkutat dengan kesibukan. Usai jam kantor, kesibukan di rumah sudah menanti. Anda masih harus memasak untuk makan malam, membereskan rumah, membantu anak mengerjakan PR, juga tentu saja mengurus suami. Padatnya jadwal bisa membuat komunikasi Anda dengan anak hanya sebatas yang diperlukan. Bagaimana agar anak merasa terikat kepada Anda secara emosional meski Anda sibuk? Mungkin Anda bisa mencoba saran berikut:
1. Jadwalkan makan bersama
Jika keluarga Anda tidak sempat makan bersama saat sarapan dan makan siang, usahakan agar semua anggota keluarga dalam satu rumah berkumpul di waktu makan malam. Begitu pun sebaliknya. Jika tak bisa makan malam bersama, usahakan agar bisa sarapan bersama. Jadwalkan makan bersama seluruh anggota keluarga setidaknya satu kali setiap hari agar anak selalu merasakan kebersamaan.
2. Makan tanpa 'layar'
Meski Anda telah menjadwalkan makan bersama, jika anak tetap dibiarkan makan sambil menonton televisi atau main gadget, percuma saja. Anak tidak akan merasakan kebersamaan yang berharga bersama keluarga. Tetapkan aturan bahwa waktu makan adalah untuk makan. Nikmati makanan yang disajikan dengan penuh syukur dan nikmati kebersamaan dengan saling menghargai kehadiran masing-masing individu di meja makan tanpa gangguan layar apa pun (televisi, gadget, game player).
3. Membuat prioritas one-on-one
Meskipun Anda telah menjadwalkan waktu kumpul keluarga dimulai sejak makan malam hingga waktu tidur, anak Anda tetap butuh waktu individu berdua saja bersama Anda. Suami dan Anda perlu menjadwalkan kapan waktu untuk anak pertama dan anak kedua, ketiga, dan seterusnya (jika lebih dari satu) untuk ngobrol berdua saja dengan Anda atau suami. Apa pun bisa diceritakan. Biarkan anak menjadi dirinya sendiri tanpa kehadiran saudara-saudara atau temannya.
4. Simak perasaan mereka
Tak hanya mendengar menggunakan telinga, Anda juga harus menyimak anak bercerita dengan hati Anda. Biarkan mereka mengungkapkan rasa sedih, gelisah, takut, marah, secara apa adanya. Tanyakan apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka butuhkan. Anak-anak akan merasa aman dan nyaman mengungkapkan perasaan mereka sejak kecil sehingga tak ada celah untuk menyembunyikan emosi.
5. Membiasakan anak untuk bersyukur
Sebagai orang dewasa, Anda tentu tahu kekuatan syukur setiap hari. Praktikkan hal itu di depan anak dan ajak anak mensyukuri hal-hal yang diterimanya setiap hari. Jika Anda termasuk orang yang religius, ajak anak untuk berdoa bersama sebelum tidur, saat bangun tidur, sebelum makan dan sesudah makan, sesuai ajaran agama yang Anda percaya. Bahkan jika Anda tidak beragama sekali pun, Anda tetap bisa mengajak anak untuk bersyukur kepada Tuhan (yang Anda dan anak percaya), setiap hari. Kebiasaan untuk bersyukur membuat Anak lebih menikmati kehidupan dan keluarga yang dimilikinya.
6. Tidur bersama anak
Meski Anda mengajarkan kemandirian dengan memberikan anak kamar tidur sendiri, setidaknya seminggu sekali, jadwalkan untuk tidur bersama anak. Lengkapi kebutuhannya akan sentuhan tangan Anda yang tulus. Misalnya menggosok punggung atau kaki anak Anda sebelum tidur. Mengoleskan minyak kayu putih di perutnya, memeluknya di dalam selimut. Bahkan, meski anak bisa menonton film animasi di mana pun, tak ada salahnya Anda mendongengkan kisah-kisah klasik pengantar tidur untuk membuat anak merasa nyaman. Biarkan ia merasa begitu dekat dengan orang tua.
7. Hindari gadget selama berada di rumah
Mungkin ini hal paling sulit di masa serba teknologi saat ini, tapi menjauhkan gadget dari diri Anda selama berada di rumah bisa membantu Anda lebih dekat secara emosional dengan anak-anak. Tahan diri untuk mengecek email, membuka media sosial, selama anak-anak belum tidur. Hal ini juga bisa menjadi contoh bagi anak untuk menghargai kehadiran orang tuanya di rumah. Anda juga tak suka melihat anak asyik sendiri dengan gadget saat Anda ingin menikmati kebersamaan dengan mereka, kan?
8. Rencanakan liburan
Rencanakan liburan minimal setahun dua kali untuk memberi kesempatan anak merasakan keindahan dunia di luar rumah dan lingkungannya sehari-hari. Jika budget dan waktu Anda memungkinkan, lebih sering mengadakan liburan akan menambah keintiman Anda dengan anak-anak. Jadwalkan waktu dan tempat liburan sejak awal tahun agar Anda bisa menghitung dana yang dibutuhkan dan mengajukan cuti lebih awal. Tidak harus menunggu anak-anak libur panjang. Libur ke luar kota yang dekat dari kota Anda saat weekend pun bisa jadi solusi.
1. Jadwalkan makan bersama
Jika keluarga Anda tidak sempat makan bersama saat sarapan dan makan siang, usahakan agar semua anggota keluarga dalam satu rumah berkumpul di waktu makan malam. Begitu pun sebaliknya. Jika tak bisa makan malam bersama, usahakan agar bisa sarapan bersama. Jadwalkan makan bersama seluruh anggota keluarga setidaknya satu kali setiap hari agar anak selalu merasakan kebersamaan.
2. Makan tanpa 'layar'
Meski Anda telah menjadwalkan makan bersama, jika anak tetap dibiarkan makan sambil menonton televisi atau main gadget, percuma saja. Anak tidak akan merasakan kebersamaan yang berharga bersama keluarga. Tetapkan aturan bahwa waktu makan adalah untuk makan. Nikmati makanan yang disajikan dengan penuh syukur dan nikmati kebersamaan dengan saling menghargai kehadiran masing-masing individu di meja makan tanpa gangguan layar apa pun (televisi, gadget, game player).
3. Membuat prioritas one-on-one
Meskipun Anda telah menjadwalkan waktu kumpul keluarga dimulai sejak makan malam hingga waktu tidur, anak Anda tetap butuh waktu individu berdua saja bersama Anda. Suami dan Anda perlu menjadwalkan kapan waktu untuk anak pertama dan anak kedua, ketiga, dan seterusnya (jika lebih dari satu) untuk ngobrol berdua saja dengan Anda atau suami. Apa pun bisa diceritakan. Biarkan anak menjadi dirinya sendiri tanpa kehadiran saudara-saudara atau temannya.
4. Simak perasaan mereka
Tak hanya mendengar menggunakan telinga, Anda juga harus menyimak anak bercerita dengan hati Anda. Biarkan mereka mengungkapkan rasa sedih, gelisah, takut, marah, secara apa adanya. Tanyakan apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka butuhkan. Anak-anak akan merasa aman dan nyaman mengungkapkan perasaan mereka sejak kecil sehingga tak ada celah untuk menyembunyikan emosi.
5. Membiasakan anak untuk bersyukur
Sebagai orang dewasa, Anda tentu tahu kekuatan syukur setiap hari. Praktikkan hal itu di depan anak dan ajak anak mensyukuri hal-hal yang diterimanya setiap hari. Jika Anda termasuk orang yang religius, ajak anak untuk berdoa bersama sebelum tidur, saat bangun tidur, sebelum makan dan sesudah makan, sesuai ajaran agama yang Anda percaya. Bahkan jika Anda tidak beragama sekali pun, Anda tetap bisa mengajak anak untuk bersyukur kepada Tuhan (yang Anda dan anak percaya), setiap hari. Kebiasaan untuk bersyukur membuat Anak lebih menikmati kehidupan dan keluarga yang dimilikinya.
6. Tidur bersama anak
Meski Anda mengajarkan kemandirian dengan memberikan anak kamar tidur sendiri, setidaknya seminggu sekali, jadwalkan untuk tidur bersama anak. Lengkapi kebutuhannya akan sentuhan tangan Anda yang tulus. Misalnya menggosok punggung atau kaki anak Anda sebelum tidur. Mengoleskan minyak kayu putih di perutnya, memeluknya di dalam selimut. Bahkan, meski anak bisa menonton film animasi di mana pun, tak ada salahnya Anda mendongengkan kisah-kisah klasik pengantar tidur untuk membuat anak merasa nyaman. Biarkan ia merasa begitu dekat dengan orang tua.
7. Hindari gadget selama berada di rumah
Mungkin ini hal paling sulit di masa serba teknologi saat ini, tapi menjauhkan gadget dari diri Anda selama berada di rumah bisa membantu Anda lebih dekat secara emosional dengan anak-anak. Tahan diri untuk mengecek email, membuka media sosial, selama anak-anak belum tidur. Hal ini juga bisa menjadi contoh bagi anak untuk menghargai kehadiran orang tuanya di rumah. Anda juga tak suka melihat anak asyik sendiri dengan gadget saat Anda ingin menikmati kebersamaan dengan mereka, kan?
8. Rencanakan liburan
Rencanakan liburan minimal setahun dua kali untuk memberi kesempatan anak merasakan keindahan dunia di luar rumah dan lingkungannya sehari-hari. Jika budget dan waktu Anda memungkinkan, lebih sering mengadakan liburan akan menambah keintiman Anda dengan anak-anak. Jadwalkan waktu dan tempat liburan sejak awal tahun agar Anda bisa menghitung dana yang dibutuhkan dan mengajukan cuti lebih awal. Tidak harus menunggu anak-anak libur panjang. Libur ke luar kota yang dekat dari kota Anda saat weekend pun bisa jadi solusi.
Sumber: http://www.mindbodygreen.com