Bila saat ini Anda memiliki anggrek cantik produk Eka Karya Flora, itu tak lepas dari sikap waspada Yuni. “Kami pernah kecolongan menggunakan bibit tidak unggul. Akibatnya, kami merugi satu periode tanam. Bunga tidak mekar sampai ujung, dan kesegarannya hanya bertahan dalam 24 jam. Dijual pun tak akan laku.” Protes ke pemasok bibit tidak menyelesaikan masalah. “Kami belinya sudah empat tahun ke belakang. Saya nggak yakin mereka ingat spesifikasi bibit waktu itu,” ujarnya sambil menghela napas. Dari pengalaman itu pula ia belajar, memilih partner perlu waktu dan pengalaman agar bisa saling menguntungkan.
Anggrek berbunga memenuhi ruangan yang kami masuki selanjutnya. Tanaman monopodial ini tersedia dalam berbagai warna. Menurut Yuni, konsumen muda lebih senang warnawarna teduh seperti peach pucat atau merah muda, sementara pelanggan yang lebih dewasa menyukai warna-warna bold. Merah keunguan, fuchsia, dan kuning masih menjadi favorit.
Tiap pohon dengan bunga lebih dari 11 kuntum dikategorikan sebagai produk premium. Banderol harganyanya berkisar antara Rp150.000-Rp350.000. Di atas 15 bunga dikategorikan super premium, di atas 20 bunga sebagai ultra premium, dan di atas 25 ultra premium 1. Selain kuantitas bunga, arah bunga dan kerapiannya juga punya andil besar dalam grading system ini.
Sesekali kami berhenti, dan Yuni menerangkan jenis anggrek yang kami amati sambil bercerita. Anggrek bulan memiliki tangkai yang melengkung indah menopang kuntum-kuntum bunganya. Sementara dendrobium tak kalah populer. Berjalan di antara bunga bisa jadi adegan romantis bersama pasangan, tapi sepertinya hari itu Yuni merasa senang-senang saja berjalan sendiri menyusuri tiap baris anggrek yang bermekaran. Bahkan ia sempat iseng memeragakan proses perkawinan bunga. “Ini benang sari, dan ini putik. Nih, saya kawinkan dengan bunga lain yang sepohon,” candanya.
Yuni tak mabuk hingga lupa logika. Ia sadar bahwa perlu upaya lanjutan agar bibit kasihnya pada anggrek kian bersemi. Bayangkan saja, perlu waktu empat tahun untuk membesarkan anggrek—bukan waktu yang sebentar untuk memendam cinta. Harus dirawat dan dijaga agar ia tetap tumbuh sehat. Seperti yang Yuni sebutkan, perlu ketelatenan dan kesabaran menghadapi tanaman satu ini. Tenaga ahli terbaik menjadi pilihan demi hasil dengan kualitas terbaik pula.
Ada orang yang mengawasi proses ilmiah bisnis ini. Di lapangan, pekerja juga dipastikan merawat anggrek dengan peka. Ada juga orang-orang yang punya passion dalam hal penyilangan anggrek. Soal yang terakhir ini, Yuni merasa khawatir, sebab makin jarang orang yang mendedikasikan dirinya untuk hal ini. “Keterampilan ini benar-benar makin langka. Yang bekerja sama dengan kami saja sudah tak ada regenerasinya.”
Sampai hari ini, memelihara anggrek memberinya pelajaran penting dalam hidup. Bahwa proses panjang yang dilalui akan menuai hasil terbaik, asalkan dilakukan dengan sabar. Kesederhanaan anggrek juga menginspirasinya untuk tetap rendah hati dalam setiap pencapaian kehidupan. Menyayangi sejak masih bibit hingga mekar, ia yakin bahwa cintanya pada anggrek pasti berbalas.
Harapannya, ia ingin tiap rumah di negeri ini punya satu anggrek sebagai pemanis dekorasi. Meski begitu, Yuni tak mau terburuburu melakukan ekspansi besar-besaran agar akibatnya tak seperti kata orang-orang, easy comes, easy goes. “Pelan-pelanlah. Sekarang memang masih di tahap orang-orang tahu anggrek Eka Karya dan bahwa kami punya kualitas,” jawabnya santai, namun dengan intonasi penuh optimisme
Foto: Previan F. Pangalila