Ia menyebut dirinya sendiri sebagai pemain lima tahunan. Ini bukan strategi yang direncanakan, tapi Cut Mini ingin kariernya panjang di dunia film.
Rasa kagum untuk Athirah selalu ada di benak Cut Mini. Sebelumnya, ia pun telah membaca bukunya. Athirah selalu menyimpan semua rasa dalam dirinya. Ia tidak boleh terlihat bahwa ia bermasalah walaupun orang-orang di sekitarnya tahu masalah yang menimpanya. Ini adalah kekuatan Athirah, kata Mini, kesabarannya luar biasa—sehingga, ia bisa menjalani kehidupannya, yang enak dan tidak enak. Ia bisa mengubah kesedihannya menjadi semangat hidup untuk mendapat kebahagiaan.
Walau kepribadian Mini jauh dari Athirah, prinsip hidup keduanya serupa. “Hidup ini gampang-gampang susah tapi kita harus jalani semua drama kehidupan ini,” kata Mini ketika kami berbincang di teras belakang rumahnya. Mini mengibaratkan hidup itu seperti lukisan abstrak. “Kalau di dunia kedokteran, ini denyut jantung.”
Dalam hidup, Mini mengaku santai saja. Ia tidak memasang target yang harus ia capai dalam kurun waktu tertentu. Ia tak mau memforsir dirinya. Awal menjadi model, ia mengaku tidak begitu menikmatinya. Tapi lambat laun, ia bisa menikmatinya hingga bisa mengambil banyak pelajaran dan kebahagiaan dari situ. Semua ia jalani, selagi hal itu baik untuk dirinya. Mudah saja, katanya, ini seperti naksir sepasang sepatu di toko. “Jika ada uangnya, saya beli, tapi jika tidak, dilihat saja besok paling sudah lupa,” begitu Mini menganalogikan.
Kesantaian Mini juga tercermin dari kehidupan rumah tangganya. “Kadang anniversary kami berdua lupa,” ujarnya. Pada tahun 2000, Mini menikah dengan Muhamad Safril Sarwono atau biasa dipanggil Mago. “Teman-teman saja suka bingung saya sering memanggil suami dengan ‘Om Mago.’” Panggilan yang menyangkut di kepalanya karena sering mendengar keponakannya memanggil. “Selagi ia nyaut, nggak apa-apalah,” Mini setengah serius, setengah bercanda.
Kehidupan Mini dan Mago boleh dibilang adem ayem saja. Hampir tak pernah ada berita tentang mereka di infotainment. Tipnya awet membina rumah tangga mudah saja—sabar dan komunikasi. “Kita tidak akan pernah dipertemukan dengan segala kesamaan,” ia bercerita. Mini punya kesenangan sendiri, begitu juga dengan Mago. Jika Mini mendapat rezeki, ia tak ragu-ragu mengajak suaminya bersenang-senang. “Ngapain kerja capek-capek tapi hasilnya disimpan sendiri. Mending saya bagi ke orang yang saya sayang”. Mini punya banyak predikat yang berhubungan dengan kegiatannya—aktor dan MC, dua di antaranya. Maka itu ia bingung ketika ditanya apa passion-nya.
“Passion saya ganti-ganti. Ketika mendongeng, saya menikmatinya. Begitu pula saat main film, sinetron,” ujarnya, “Mungkin passion saya kerja kali, ya”.
Dan kerja pun ia lakukan. Tahun ini Mini terlibat dalam sinetron stripping berjudul Cinta yang Tertukar. “Main sinetron bukan sesuatu yang jelek,” kata Mini. Pertama, ia mendapat penghasilan yang halal. Kedua, selalu ada kesempatan untuk menimba ilmu yang tidak akan ia sia-siakan.
All work and no play make Mini a dull girl. Hidup Mini tak hanya melulu soal kerja. Ketika sedang tidak bekerja, ia lebih senang di rumah dan menikmati waktunya. Ia juga bisa keluar rumah dan berolahraga. “Lalu setelah itu saya pulang dan seperti biasa, saya nonton drama Korea,” ujarnya dengan mata berbinar.
Saking senangnya Mini dengan Korea, ia berkata pada Mira Lesmana, jika Athirah dibawa ke Festival Film Internasional Busan, Korea, ia harus ikut. Mengapa Korea? “Saya suka sinematografi film-film Korea, warna-warnanya, dan hal lain tentang Korea seperti budaya, makanan, dan orang-orangnya,” kata Mini. Kalau begitu, suka film horor Korea juga? “Kalau yang itu nggak—takut!”
Foto: Ig Raditya Bramantya
Pengarah gaya: Erin Metasari
Busana: Lulu Lutfi Labibi
Rias wajah dan rambut: Ria Sumardi
[Baca juga tentang akting kocak Cut Mini]