Ia punya banyak hobi, tapi ada tiga hobi yang
tak sanggup diberi peringkat oleh Ami—sapaan
akrab Amelia Masniari, 45: Jalan-jalan, belanja, dan
menulis.
“Saya suka tiga-tiganya dengan passion yang sama,” kata wanita yang sekarang lebih dikenal publik dengan nama Miss Jinjing itu.
Miss Jinjing adalah nama pena yang ia gunakan dalam buku-buku yang ditulisnya—saat ini sudah mencapai 22 seri. Isinya tentang pengalamannya jalan-jalan ke berbagai kota dan negara, khususnya kehebohannya berbelanja.
Di tengah begitu banyak buku dengan topik traveling guide, buku-buku karya Ami memang sedikit lain. Gaya penulisannya seperti buku harian yang penuh sentuhan pengalaman pribadi.
Gaya bahasanya santai, lucu, iseng, narsis, bahkan terkadang
sembarangan—yang menggambarkan kepribadian dirinya sehari-hari. Bukunya juga dipenuhi foto-foto dirinya sendiri.
Pembawaan Ami yang ramah, periang, berani, terbuka, gampang dekat dengan orang baru, plus Bahasa Inggris yang fasih, ikut memperlancar perjalanan-perjalanannya. Sedangkan hobi belanja, panjang sekali sejarahnya.
Sejak kecil ia sudah tergila-gila pada pakaian, dan aksesori. “Kalau nurutin hati, bisa-bisa setiap hari saya beli baju,” katanya, tertawa.
Namun, menjalani profesi sebagai penulis buku tak pernah terpikirkan sama sekali waktu itu. Setamat SMA, ia mengambil Jurusan Sastra Jerman di UI. Lalu ia melanjutkan studi S-2 Jurusan Komunikasi, juga di UI. Setelah itu ia bekerja di bagian pemasaran sebuah perusahaan konglomerasi besar.
Setelah menikah, ia meninggalkan dunia glamornya di Ibu Kota dan pindah ke Jambi selama enam tahun, mengikuti tugas sang suami—kini mereka sudah bercerai.
Mungkin karena kasihan melihat kegiatan Ami yang hanya mengurus tiga anak yang masih balita, (mantan) suaminya menyarankan agar Ami membuka blog dan menyalurkan kembali hobi menulisnya.
Yang mengejutkan, koneksi internet di Jambi ternyata sangat bagus, sehingga Ami mulai menikmati lagi kegiatan menulisnya. Di blog itu ia menuliskan pengalaman belanjanya yang seru ke seluruh dunia dengan gaya nyeleneh, sehingga tak terkesan pamer.
Tak heran bila blognya banyak dikunjungi, terutama oleh wanita, dan menjadi salah satu blog pertama di Indonesia yang meraup iklan. Ia juga sering jadi personal shopper bagi teman-teman atau para istri kolega (mantan) suaminya—tentunya dengan komisi.
“Bisa menyalurkan hobi belanja tapi justru dapat duit, nikmat apalagi yang kau dustakan?” katanya, tertawa.
Rupanya tulisan-tulisan Ami di blog tak luput dari perhatian penerbit. Pada 2008, penerbit Gagas Media menawarkan untuk menerbitkan tulisan-tulisan Ami di blog dalam bentuk buku.
Terbitlah buku pertamanya berjudul Miss Jinjing Belanja Sampai Mati, yang ternyata laku keras. Mungkin karena waktu itu Ami
termasuk penulis pertama di Indonesia yang membuat buku panduan traveling. Buku pertama diikuti buku kedua, ketiga, dan selanjutnya, dan yang teranyar adalah buku ke-22, berjudul Miss Jinjing India.
Awalnya, sang ayah—seorang dokter ahli bedah—justru kecewa. “Percuma Papa sekolahin kamu sampai tinggi, kalau akhirnya cuma bikin buku ecek-ecek kayak gini,” begitu kata sang ayah.
Namun, ketika kemudian Ami sering diundang oleh tourism board dari berbagai negara, yang bersedia memberinya full
sponsorship untuk penulisan-penulisan bukunya, sikap sang ayah akhirnya justru berbalik menjadi bangga.
Apalagi ketika Ami bercerita bahwa ia pernah diberi tempat duduk kehormatan yang persis bersebelahan dengan Perdana Menteri Turki dalam penerbangan dari Istanbul ke Singapura.
Meskipun kini euforia buku-buku traveling sudah mulai mereda, Ami tetap optimistis bisa bertahan hidup sebagai penulis. Bahkan, setelah buku ketiga, ia memutuskan untuk menerbitkan dan menjual sendiri buku-bukunya secara online lewat komunitas yang dibangunnya, namanya Miss Jinjing Sisterhood.
“Saya orangnya konsisten dan persistent. Saya ingin profesi penulis lebih dihargai (secara materi), dan kalau bukan penulis sendiri yang memperjuangkannya, siapa lagi?” kata Ami, yang sedang menjajagi tawaran dari tourism board Israel untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sana, di luar situs-situs ziarah.
Foto: Previan Pangalila
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah
Rias wajah: Jamilah
Lokasi: Djule Coffee, Jakarta Selatan