Penderita Alzheimer tidak paham apa yang mereka alami, namun Anda paham, cintalah yang mereka butuhkan.
Teman kerja saya kerap terlambat tiba di kantor. Alasannya selalu soal ibunya yang kini menderita Alzheimer. Ibunya sering tiba-tiba menghilang dari rumah bila ada salah satu anggota keluarga lupa mengunci dan mencabut kunci pintu rumah.
Masalahnya, sang ibu sering kali lupa jalan pulang. Yang tak kalah bikin pusing, sang ibu menuduh pembantu mencuri barang-barangnya, padahal barang-barang tersebut hanya terselip di suatu tempat. Pertengkaran antar kakak-adik pun tak terelakkan karena ibu mereka mengatakan sering tidak diberi makan oleh anak bungsunya.
Menurunnya memori, proses berpikir, berperilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari adalah gejala demensia menurut World Health Organization (WHO). Meski umumnya dialami oleh orang berusia di atas 60 tahun, demensia bukan bagian normal dari penuaan, sehingga dalam beberapa kasus dialami oleh mereka yang masih muda.
Demensia adalah sindrom yang disebabkan oleh banyak faktor. Sebanyak 60%-70% karena penyakit Alzheimer, kemudian diikuti oleh stroke, penyumbatan pembuluh darah (demensia vaskuler), dan lainnya.
“Orang yang menderita Alzheimer belum tentu mengalami demensia,” ujar dr. Rocksy Fransisca, SpS, ahli saraf dari Memory and Aging Clinic Siloam Hospitals Lippo Karawaci. Sebab, Alzheimer memiliki tingkatan seperti kanker yang memiliki stadium. Pada tingkatan tertentu, baru seseorang sampai pada tahap demensia.
“Misalnya, seorang guru yang menderita Alzheimer, kalau masih bisa mengajar berarti ia belum sampai demensia. Kalau sudah tidak bisa mengajar, berarti ia telah sampai pada demensia,” jelas dr. Rocksy.
Fase Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah tahap awal Alzheimer. Fase ini adalah tahap sebelum atau pra demensia Alzheimer. Tandanya, penderita lupa pada peristiwa yang baru terjadi. Ia juga mulai lupa meletakkan benda-benda yang dipakai sehari-hari.
“Kemudian fungsi eksekutifnya mulai terganggu. Misalnya yang hobi memasak mulai lupa bahan dan langkah-langkah memasak,” jelas dr. Rocksy. Terganggunya fungsi eksekutif ini juga menandakan penderita mulai masuk ke tahap demensia ringan.
Meski tampak mengkhawatirkan dan membuat orang lain bingung, pada tahap ringan ini penderita masih dapat menjalani latihan fisik seperti olahraga dan kegiatan yang memicu otak untuk bekerja. Misalnya brain gym, mengisi TTS, atau menari. Selain itu dokter akan memberikan obat. Pemberian aktivitas fisik dan obat bukan bertujuan untuk menyembuhkan tetapi untuk memperbaiki gejala demensia karena Alzheimer belum bisa disembuhkan.
Jarak antara satu tahap ke tahap yang lain pun berbeda pada setiap orang. Terapi fisik dan obat hanya memperlambat fase itu. Penyakit ini bukan penyakit sembarangan. Dokter tidak dapat segera menentukan adanya penyakit Alzheimer hanya dengan melihat gejalanya.
Tes neurobehavior seperti tes membaca, menulis, mengingat, dan berhitung perlu dilakukan untuk memastikan apakah gejala yang muncul adalah gejala Alzheimer. Setelah melakukan tes ini, dokter masih akan melakukan tes penunjang, seperti MRI atau pemeriksaan laboratorium lain.
Setelah yakin pasien menderita Alzheimer, maka dokter akan menentukan pasien sudah berada di fase apa. Tahapan dimulai dari fase ringan, sedang, sedang berat, hingga fase sudah sangat berat. Sejak penentuan fase Alzheimer inilah pihak keluarga harus mendampingi pasien. Mereka perlu memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada penderita Alzheimer.