Sejak Desember 2016 hingga Januari 2017, dunia larut dalam demam "Goblin," drama Korea yang fenomenal.
Teman saya, yang sama sekali bukan penggemar drama Korea (drakor), memberi tahu saya kalau ia menonton "Goblin."
Sama seperti drama Korea "Full House" (2004), "My Love from Another Star" (2013-2014), dan "Descendants of the Sun" (2016), "Goblin" adalah drakor yang begitu populer, hingga mengundang penonton yang bukan penggemar drakor.
Makin banyaknya jasa video streaming on-demand membuat "Goblin" ikut mendunia. "Goblin" (dan drakor lainnya) bisa ditonton di gadget apa pun dengan mudah lewat aplikasi resmi, dengan kualitas tajam plus teks terjemahan sempurna, hanya selang beberapa jam dari penayangannya di Korea.
Tayang di TV kabel TVN di Korea, rating "Goblin" memecahkan rekor di TV kabel. Bahkan kalau rating 1% di TV kabel setara rating 5% di TV biasa, "Goblin" sudah memecahkan rekor, karena episode 16 atau final mencapai puncak 22%, yang berarti ekuivalen dengan 110%. Entah apa artinya jika rating menembus 100%, he he he....
Iklan yang numpang lewat (beberapa bahkan masuk dalam plot cerita) juga tak terhitung. Kadang-kadang agak gengges, untungnya tidak sampai mengganggu cerita keseluruhan.
Namun tak semua drakor bisa sukses gegap gempita seperti "Goblin." Menurut saya, di luar pemasaran yang kencang (termasuk menyewa para
influencer dunia digital), "Goblin" punya tujuh alasan yang membuatnya jadi drakor yang layak ditonton, sekaligus bikin baper.