Resign atau pindah kerja adalah proses wajar dalam berkarier. Begitu pula saat Anda harus menyampaikan farewell speech atau pidato perpisahan.
Menyampaikan farewell speech bukan hanya cerdas, tapi harus cerdik. Kenapa harus cerdik? Bukan karena Anda kancil (yah... ketahuan, deh, angkatannya) tapi karena cerdik itu, kan, cerdas dengan trik.
Sampaikan pidato perpisahan yang berkesan dalam arti positif, sehingga akan terus dibicarakan dalam waktu lama. Syukur-syukur malah jadi standar farewell speech di kantor Anda (#ambisius sedikit).
Lima poin berikut bisa jadi referensi Anda, dan selamat membuat (atau menyuruh seseorang membuat, he he) farewell speech yang hits!
1. Menjaga integritas tapi tidak jaim
Ini adalah bagian basa-basi atau intro. Buat pidato sesuai jabatan terakhir Anda, yang menunjukkan integritas Anda. Tapi jangan jaim atau merasa paling tinggi karena jabatan terakhir tersebut.
Anda sudah resign, dan secara profesional mungkin sebagian besar peserta pesta perpisahan Anda bakal menghormati Anda karena kepribadian Anda.
2. Menampilkan prestasi tapi tidak menyombongkan diri
Boleh, dong, menyampaikan apa saja pencapaian Anda selama bekerja di kantor itu. Kecuali selama Anda bekerja Anda hanya bekerja seorang diri, selalu sebutkan rekan-rekan kerja, baik atasan maupun bawahan, yang telah membantu Anda meraih pencapaian itu.
Menyombongkan diri hanya akan membuat farewell speech Anda jadi trending topic di berbagai grup WhatsApp di kantor lama Anda. Jangan-jangan juga bisa tersebar ke biang gosip di kantor baru....
3. Menyelipkan kenangan
Resign baik-baik memang beda dari resign karena jadi barisan sakit hati. Tunjukkan perbedaan itu lewat momen-momen paling berkesan dalam farewell speech Anda.
Lebih seru kalau kenangan yang Anda sampaikan bukan yang mainstream (satu kantor juga tahu), tapi bukan pula yang lebay. Eits... nanti jadi trending topic lagi.
4. Tidak melulu tentang diri sendiri
Singkirkan dulu sikap diva Anda; selipkan cerita tentang orang-orang di kantor lama yang meninggalkan kesan tersendiri. Mereka tak mesti satu divisi, bahkan mungkin bukan karyawan.
Menyampaikan cerita ini dalam farewell speech menjadikan Anda lebih manusiawi (terutama jika dulu Anda terkenal killer), dan tidak egois (diva, sih, teteup).
5. Tak usah selalu mengharukan
Perpisahan mungkin menyedihkan, tapi tak harus penuh air mata, kan? Selipkan humor (garing atau tidak) sehingga ada tawa di tengah farewell speech Anda. Jika perpisahan ini untuk kemajuan karier Anda, rekan dan atasan di kantor lama Anda pasti ikut happy....