Mengejar karier atau membuktikan eksistensi boleh saja. Tapi jangan pernah lupa untuk bersenang-senang, dan berkumpul dengan teman-teman Anda.
Kehidupan sosial Anda tak boleh terganggu oleh pekerjaan, karena Anda hidup untuk bersenang-senang, bukan untuk bekerja, serta bekerja agar bisa menikmati senang-senang Anda.
Setuju? Lakukan lima langkah ini!
1. Belajar berkata “tidak”
Bagi Anda yang suka merasa tidak dengan atasan atau rekan kerja sehingga selalu menerima tugas limpahan di detik-detik menjelang pulang, belajarlah berkata “tidak” apalagi jika menerima tugas itu berarti membatalkan janji hang out (untuk yang kesekian kalinya).
Tolaklah tugas dadakan itu dengan halus; berikan alternatif jawaban. Tanyakan kepada atasan apakah tugas itu bisa menunggu hingga keesokan hari karena Anda sudah telanjur ada janji.
Penolakan halus ini sekaligus menunjukkan bahwa Anda punya kehidupan sosial di luar lingkungan kerja.
2. Kurangi intensitas
Menyelesaikan tugas hingga tengah malam, atau melakukan side job, sih, boleh-boleh saja. Tapi, jangan main hajar menerima semua tawaran.
Misalnya, dalam lima hari kerja, sisakan dua hari kerja untuk bersenang-senang atau bekerja dalam kecepatan lebih slow dari biasanya (dan bukan lelet). Jika tubuh terlalu lelah, Anda juga yang tak bisa menikmati hasilnya!
3. Berlatih ‘malas-malasan’
Agar lebih fleksibel, berlatihlah menghabiskan waktu sejenak untuk bersantai.
Misalnya, saat Anda merasa penat dengan pekerjaan, cobalah browsing situs-situs lucu.Tak perlu lama-lama—maksimal 10 menit. Dengan begitu, Anda lebih relaks dan terbiasa untuk memberikan kelonggaran untuk hal-hal di luar pekerjaan.
4. Fleksibel
Tertekan karena ada suatu hal yang tidak berjalan sesuai rencana? Cobalah menikmati masa-masa tersebut.
Di tengah kemacetan, misalnya, daripada Anda tertekan melihat panjangnya antrean mobil, lebih baik manfaatkan waktu untuk bersantai dengan diri sendiri, seperti tidur. Atau, batalnya dinner bareng klien bisa Anda gunakan untuk makan malam dengan teman lama.
5. Punya prioritas
Jangan hanya pekerjaan yang Anda jadikan prioritas, tapi juga jadwal jalan dengan pasangan, mengintip PR anak, atau pergi pijat.
Jangan prioritaskan jadwal, melainkan buat jadwal untuk prioritas kita. Tujuannya, Anda sadar bahwa bukan hanya hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang bisa dilakukan tiap minggu, tapi juga me-time, family time, atau bersosialiasi.