Jangan minder dulu jika Anda memiliki kebiasaan buruk ini. Atau, jangan keburu kesal kepada rekan kerja atau anggota keluarga yang memiliki kebiasaan buruk ini juga.
Seperti dilansir IFLScience beberapa waktu lalu, beberapa kebiasaan buruk ini secara ilmiah sebenarnya menandakan sang pemilik memiliki sikap positif.
Ini dia 5 di antaranya, yang sering banget kita temukan di sekitar kita (atau mungkin anak Anda atau Anda lakukan, hi hi). Tentunya Anda harus membuktikannya sendiri, ya....
1. Ngaret
Bisa jadi Jakarta diisi oleh manusia-manusia cerdas, karena datang terlambat atau ngaret sudah jadi kebiasaan (buruk) di sini. Tukang ngaret sering dianggap tidak disiplin dan tidak punya sopan santun, namun sebenarnya mereka adalah orang optimis yang tidak realistis.
Mereka berpikir bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, atau merasa bisa menembus kemacetan dalam waktu singkat. Intinya, mereka berharap bisa melakukan yang terbaik alias optimis.
2. Menunda pekerjaan
Banyak alasan mengapa orang suka menunda pekerjaan, walau mereka tahu cara menghentikannya. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa hobi menunda tidak melulu berarti malas.
Mungkin saja mereka sedang menunggu waktu yang tepat, dan berharap bahwa menunda bisa meningkatkan kreativitas karena hal ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan ide.
3. Melamun
Para pakar menemukan fakta menarik bahwa melamun beberapa menit bisa membuat seseorang menjadi lebih produktif dan kreatif.
Sebagai contoh, penelitian yang dimuat dalam The Harvard Business Review menemukan bahwa melamun selama 12 menit saat sedang mengerjakan tugas sulit dapat membantu peserta menemukan solusi. Tentunya, tidak dianjurkan melamun saat menyetir atau menyeberang jalan.
4. Punya meja berantakan
Ayo ngaku, siapa yang punya meja berantakan meski ukuran meja Anda selapangan bola? Sebuah temuan ilmiah membuktikan bahwa kekacauan akan mendorong produktivitas karena mereka termotivasi untuk mencari sesuatu di tumpukan barang yang berantakan.
Namun saya tidak menyarankan anak Anda punya meja belajar berantakan, karena bisa membuang waktunya untuk mencari PR atau buku. Setuju?
5. Melengkapi kalimat orang lain
Pernahkah Anda tak sengaja melengkapi kalimat teman atau lawan bicara ketika mereka merasa kesulitan memilih kata? Jika ya, itu merupakan salah satu tanda bahwa Anda cerdas secara emosional karena bisa mengerti perasaan orang lain.
Meski empati adalah sifat positif, melengkapi kalimat orang lain tanpa diminta bisa juga jadi tanda orang menyebalkan, mau menang sendiri alias egois, atau pencari perhatian.
Jika Anda sering melakukan kebiasaan ini, lebih baik batasi pada orang-orang terdekat, atau jika memang diminta.
Sebagian bahan: Kompas.com