Genetically Modified Organism (GMO) adalah mahkluk hidup yang telah ditingkatkan kemampuan genetisnya melalui rekayasa genetika.
Sejauh ini kita tidak pernah tahu gen apa saja yang terlibat di dalamnya. Produk pangan hasil rekayasa genetik yang sudah ada di Indonesia adalah jagung dan kedelai. Produk lain yang termasuk GMO adalah tomat, kentang, alfalfa, daging, ayam, susu dari binatang yang diberi pakan non organik, dan beras.
Banyak pro dan kontra soal pangan hasil GMO karena dianggap merusak keseimbangan alam, dan jangka panjang bisa mengganggu kesehatan.
Bagi Anda yang tidak ingin mencemari tubuh dengan produk pangan GMO, ini panduannya.
1. Pilih produk dengan stiker 100% organik
Di AS, pemerintah tidak mengizinkan produk GMO organik menggunakan stiker ini. Di Indonesia, produk sayur, tahu dan tempe organik, misalnya, ada yang mencantumkan "non-GMO" bila berbahan non-GMO. Pedagang produk organik biasanya meletakkan produk yang berbeda di tempat yang berbeda. Misalnya tahu/tempe organik GMO terpisah dari tahu/tempe organik non-GMO.
Tapi kita tidak bisa berharap semua produk organik bebas GMO. Misalnya saja telur ayam kampung, meski tertulis free range atau alami, bukan berarti bebas bahan GMO. Pilihannya adalah telur ayam kampung organik.
2. Label berupa angka pada buah dan sayuran
Bila terdiri atas 4 angka, contohnya apel berlabel angka 4143, berarti buah atau sayuran tersebut ditanam secara konvensional; bisa non-GMO, bisa juga GMO. Jika terdiri atas 5 angka dan diawali dengan angka 8, berarti produk hasil GMO.
Tapi bukan berarti produk GMO selalu disertai label semacam itu. Jika terdiri atas 5 angka dan diawali dengan angka 9, produk tersebut organik dan non-GMO.
3. Daging impor di supermarket, tertera label 100% Grass-Fed Beef
Artinya, daging itu berasal dari sapi yang diberi pakan 100% rumput. Untuk ikan, lebih baik Anda memilih ikan tangkap segar, bukan hasil ternak, karena pakan ikan ternak bisa saja mengandung bahan GMO.
4. Membeli produk lokal semacam buah apel Malang, jeruk Pontianak, pisang Ambon, buah salak, dan lain-lain
Untuk sayuran, produk organik memang lebih aman karena bebas pestisida dan pupuk kimia, namun belum tentu non-GMO.
5. Menanam sayur sendiri dengan pupuk kompos
Manfaatkan lahan untuk menanam sayuran yang cepat tumbuh seperti sawi, kangkung, selada, tomat, dan cabai.