Jika Anda tinggal bersama orang tua, atau sebaliknya, orang tua Anda kini berada dalam perawatan Anda, ada masanya Anda merasa orang tua bersikap rewel.
Daripada ngomel-ngomel di belakang, pernahkah Anda mencoba mencari tahu apa penyebab kerewelan tersebut?
Selain karena masalah kesehatan, menurut Dewi Dewo, psikolog dan mental health therapist, ada banyak alasan lain di balik sikap rewel orang tua, terutama yang sudah sepuh dan sakit-sakitan.
Kenali mereka, agar Anda bisa mendapatkan solusi terbaik.
1. Masalah yang secara psikologis ‘belum selesai’
Mungkin ada impian, target, atau ‘dendam’ yang belum kesampaian, kepikiran terus, dan akhirnya muncul dalam bentuk sikap rewel atau demanding.
Misalnya, orang tua Anda kecewa karena anak-anaknya ternyata ‘tidak jadi apa-apa’, padahal mereka ingin sekali punya anak yang sukses atau kaya.
Menurut Dewi, di usia tua ‘semestinya’ manusia secara spiritual sudah sampai pada tahapan ikhlas; sudah menerima kenyataan bahwa tidak semua keinginan bisa terwujud.
Pengalaman menjalani asam-garam kehidupan selama puluhan tahun seharusnya telah mengajarkan hal itu.
“Masalahnya, ternyata cukup banyak orang tua yang belum mencapai tahapan itu, sehingga tetap bersikap ngotot. Dan karena mereka tidak bisa lagi mengejar sendiri impian itu, anak-anaklah yang dijadikan ‘sasaran tembak’,” jelas Dewi.
Mengajarkan sikap ikhlas kepada orang tua tentu bukan hal mudah, terutama karena banyak orang tua selalu menganggap putra-putrinya sebagai ‘anak kecil terus’, meskipun mereka sudah beranak-pinak.
“Mungkin kita bisa meminta bantuan dari orang-orang yang dihormati oleh orang tua kita, misalnya kerabat yang dituakan, ustaz, atau dokter yang biasa merawat mereka. Kan kasihan kalau jiwa mereka jadi tidak kunjung berbahagia gara-gara tak mau belajar ikhlas,” kata Dewi.
2. Kesepian
Ini banyak terjadi pada orang tua yang telah ditinggal mati oleh pasangan hidupnya, sementara anak-anak dan para cucu sudah punya kesibukan sendiri sehingga tidak bisa menemani mereka setiap saat.
Meski secara fisik tinggal bersama anak, faktanya mereka lebih banyak melewatkan waktu sendirian di rumah atau hanya ditemani pembantu atau perawat.
Agar tidak tersiksa kesepian, fasilitasilah mereka untuk bertemu secara rutin dengan teman-teman mereka, seperti yang dilakukan Dewi untuk ibundanya yang sudah sepuh.
“Orang tua juga tetap membutuhkan persahabatan. Karena itu, memelihara silaturahmi antara orang tua kita dengan teman-temannya perlu kita fasilitasi.
“Sesibuk apa pun kita, tetap luangkan waktu untuk mengantar mereka bila ingin berkumpul dengan geng arisannya sebulan sekali, atau menjenguk teman-teman mereka yang sakit. Hibur dan dampingilah bila mereka sedih karena satu persatu teman-teman mereka meninggal dunia,” kata Dewi.
Kalau kesehatan orang tua kita tidak lagi memungkinkan untuk pergi ke luar rumah, kita bisa menyelenggarakan berbagai acara di rumah untuk mereka, mulai dari perayaan ulang tahun, arisan, dan pengajian (atau kebaktian), sehingga orang tua tetap bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.
Selain itu, beri dukungan dan fasilitas agar mereka bisa menyalurkan hobi atau minat pribadi, seperti membuat kue, menulis, melukis, berkebun, atau menjahit.
Dua hal berikut juga bisa menjadi pemicu sikap rewel orang tua Anda