Dalam budaya Timur, merawat orang tua adalah kewajiban anak-anak, terutama mereka yang tinggal berdekatan atau satu kota.
Merawat orang tua, terutama yang sudah sakit-sakitan atau sangat rewel, tentu bukan tugas ringan. Karena itu, semua anak harus dilibatkan untuk ikut merawat dan mendampingi.
Idealnya, setiap anak bergantian merawat, tapi kadang-kadang kondisi yang ada tidak memungkinkan. Misalnya, ada anak yang tinggal di luar kota/luar negeri, atau ada yang memiliki anak berkebutuhan khusus, sehingga tidak bisa ikut merawat.
“Kalau sudah begitu, semua saudara harus duduk bersama dan buatlah kesepakatan tentang pembagian tugas yang adil, termasuk dalam urusan biaya perawatan. Misalnya, anak yang rumahnya ‘ketitipan’ orang tua, apalagi kalau kondisi ekonominya juga pas-pasan, bisa dibebaskan dari urusan keuangan.
“Sementara anak yang paling berada atau anak yang tinggal di luar kota dibebankan biaya lebih besar. Pokoknya, jangan sampai ada anak yang kelebihan beban, sementara anak yang lain relatif terbebas dari tugas.
“Tapi yang pasti, tidak boleh ada alasan tidak bisa ikut merawat orang tua karena sibuk, karena semua orang juga sibuk,” Dewi Dewo, psikolog dan mental health therapist, menegaskan.
1. Jika orang tua ingin tinggal sendiri
Pembagian tugas yang sama juga berlaku bila orang tua bersikeras ingin hidup sendiri di rumahnya, tak mau ikut dengan anak. Apalagi kalau mereka tinggal di kota yang berbeda dengan kota tempat tinggal anak-anaknya.
“Kondisi ini juga tidak kalah memusingkan bagi anak-anaknya, terutama kalau orang tua semakin sepuh dan mulai sakit-sakitan,” kata Dewi, yang ibundanya juga keukeuh ingin hidup sendirian di rumahnya, tanpa ditemani siapa pun, termasuk pembantu.
Bila keuangan memungkinkan, tak ada salahnya mendaftarkan orang tua untuk ikut asuransi hari tua. Apalagi sekarang sudah ada jenis asuransi kesehatan yang bersedia meng-cover orang tua sampai usia 90 tahun, meskipun preminya mahal.
2. Jika pasangan dan anak-anak Anda protes
Karena menyangkut orang tua, biasanya pasangan kita bisa mengerti bila kita menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan biaya untuk merawat orang tua kita yang sudah tua dan sakit-saktian.
Tapi, kalau sudah berlebihan, apalagi bila sampai mengganggu keuangan keluarga atau menelantarkan anak-anak, kadang kala pasangan protes juga.
Protes itu mungkin tidak selalu dilontarkan secara terang-terangan dan tegas. Kalau suatu hari pasangan Anda mengatakan, “Kenapa, kok, kamu terus yang harus keluar tenaga dan uang untuk membiaya pengobatan orang tuamu?” sebenarnya itu sudah bisa dikategorikan sebagai protes.
“Meski tidak dilontarkan dengan keras, jangan remehkan protes-protes semacam itu, termasuk juga protes dari anak-anak yang merasa kurang diperhatikan. Ajaklah mereka bicara dari hati ke hati, dan kalau bisa libatkan mereka dalam kegiatan merawat orang tua ini.
“Berilah pengertian kepada mereka bahwa ini adalah kesempatan yang tepat untuk membalas budi orang tua,” kata Dewi. Untuk pengertian yang diberikan oleh pasangan, Anda juga harus bersikap adil kepada orang tuanya bila kelak mereka sakit-sakitan.
Dua cara di halaman selanjutnya ini juga bisa Anda pertimbangkan