1. Merasa THR kurang dan terpaksa berutang
Menurut peraturan pemerintah, jumlah THR minimal satu kali gaji, sehingga sering disebut gaji ke-13. Jika perusahaan memberikannya dalam jumlah kurang dari 100%, berarti perusahaan berutang kepada Anda.
Tipe ini, meski THR dibayarkan 100%, selalu merasa kekurangan. Maklum, menjelang Lebaran biasanya gadget bahkan mobil mungkin saja berganti yang baru. Dan THR Anda ternyata tak mencukupi, hingga Anda terpaksa berutang. Contohnya mengambil KTA atau kredit tanpa agunan yang ditawarkan bank.
Anda harus mengubah kebiasaan ini. THR adalah bonus yang membuat hidup Anda (alias masa Lebaran) menjadi lebih menyenangkan. Untuk mengerem keinginan yang mungkin melewati batas, bikin bujet dan patuhilah. Kalau tidak, Anda akan semakin tertimbun utang.
2. THR bersisa
Tipe ini patuh pada bujet yang ia buat sendiri, dan tak menganggap menerima THR sebagai alasan berfoya-foya. Umumnya THR mereka sisihkan untuk menambah dana darurat.
Menurut Prita, THR bersisa memang bagus, tapi sebenarnya THR lebih baik jika dihabiskan tak bersisa, sesuai hakikatnya, yaitu untuk dihabiskan. Jadi, jika Anda memang senang berhemat, masukkan saja THR ke dalam pos future spending Anda atau untuk tambahan dana investasi.
3. THR habis tak bersisa
Tak ada yang salah karena hakikat THR memang untuk dihabiskan. “Tetapi dihabiskan untuk apa, itu yang terpenting," ujar Prita.
Jika Anda mudik, maka THR harus mencukupi dana transportasi dan oleh-oleh. Atau, THR harus mencukupi kebutuhan Anda dan keluarga menyambut Lebaran.
Anda harus membuat prioritas agar THR tidak keburu habis sementara kebutuhan paling penting belum terbeli.
Sebagian bahan: Antono Purnomo