Jika pertanyaannya bolehkah seorang wanita bersahabat dengan pria, "Tentu saja boleh," jawab Ratih Ibrahim, psikolog. Menurut Ratih, setiap orang bisa bersahabat dengan siapa pun.
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang bisa bersahabat dengan orang lain, yaitu kesamaan dan kecocokan chemistry.
1. Kesamaan
Menurut teori relasi, semakin besar tingkat kesamaan, akan semakin besar pula tingkat kecocokan di antara mereka. Kesamaan, meski belum tentu sama pada setiap persahabatan, antara lain adalah latar belakang (budaya, pendidikan, keluarga), visi, pemikiran, hobi, profesi, minat, dan sebagainya. Kesamaan jenis kelamin adalah salah satunya.
Namun menurut Ratih Ibrahim, kita umumnya dikondisikan oleh lingkungan untuk bergaul dan berteman dengan orang-orang berjenis kelamin sama.
Sewaktu kita masih kecil, misalnya, jika sering bermain dengan anak lelaki, orang-orang di sekitar kita (teman maupun orang tua), akan melontarkan seperti, "Kok, bermain dengan anak lelaki? Kamu tomboi banget!" Atau, "Hayo...kecil-kecil sudah pacaran!"
Padahal, tidak ada salahnya jika pria berteman dengan wanita. Kalau hal ini diterima sebagai suatu hal yang biasa, tentunya pria dan wanita bisa bersahabat dengan tulus tanpa dihantui 'kecurigaan'.
2. Kecocokan chemistry
Masalah bisa timbul jika dua orang sahabat kemudian masing-maisng menikah, dan pasangan mereka keberatan dengan persahabatan tersebut.
Tapi, baik istri maupun suami akan 'merugi' jika tidak setuju jika pasangannya punya sahabat lain jenis, terutama jika tidak ada hal-hal yang patut dijadikan alasan kecurigaan.
Sebab, kecurigaan bisa membuahkan kecemburuan, dan berpotensi meracuni pikiran, hati, dan perilaku. Lantaran curiga, tanpa sadar perilaku kita jadi tidak simpatik. Buntutnya, kita justru akan membuat pasangan menjauh, karena ia merasa tidak nyaman bersama kita.
Seperti bola salju, kecurigaan akan bertambah besar karena pasangan menarik diri dari kita. Demikian sampai hubungan kita dengan pasangan menjadi rusak.
Ada pendapat bahwa idealnya pasangan kita adalah sahabat kita; bukankah kita pasangannya, kekasihnya, belahan jiawanya? Mengapa mencari sahabat lain?
Nah, inilah 'pertanyaan' pada umumnya, ketika pasangan kita dekat dengan orang lain, apalagi jika sahabat itu beda jenis kelamin. Atas dasar itu pula kita lalu merasa punya alasan untuk curiga dan cemburu, lalu menuduhnya berselingkuh.
Kadang-kadang, kita masih bisa menerima sahabat lama suami. Tapi bagaimana dengan sahabat baru?
"Ya, sama saja," kata Ratih. Maksudnya, jangan terburu curiga dan menilai negatif sahabat baru. Yang terpenting dalam persahabatan adalah tidak membiarkan asmara tumbuh dan berkembang. Kalau alasan menjadi dekat adalah bersahabat, peliharalah persahabatan itu baik-baik.
3. Tumbuh bersama
Dalam persahabatan ada trust, take and give yang tulus, dan saling tumbuh bersama sebagai sahabat. Seorang sahabat yang baik akan menjaga sahabatnya sehingga ia mampu menjalani hidupnya secara baik, termasuk dalam hubungan bersama pasangannya.
Karena itu, ketika sahabat kita sudah punya pasangan, kita pun berusaha mengelola ego (kalau perlu menarik diri), dan tidak melakukan intervensi yang merusak. Kita dan sahabat bisa sama-sama bijak memelihara jarak yang tepat untuk menjaga privasi kehidupan masing-masing.