Sehari-hari saya sering bertemu dengan banyak wanita sukses. Kadang pengusaha, aktris, hingga petinggi perusahaan.
Saya bertanya kepada mereka, “Apakah Anda sudah merasa sukses?“ Biasanya mereka menjawab dengan gelengan kepala, atau dijawab dengan “Belum.”
Menolak mengakui kesuksesan memang wajar terjadi karena takut dicap arogan. Sebagai sesama wanita, kita bisa membantu mereka merayakan kesuksesan. Caranya, menjadikan para wanita sukses itu sebagai sumber inspirasi. Kelak dengan berkata bahwa kita terinspirasi oleh tokoh-tokoh wanita sukses, maka kita ikut membuat nama mereka semakin dikenal oleh masyarakat luas. Dengan semakin diakuinya kesuksesan wanita, akan berdampak bagi wanita lainnya.
Sosok wanita yang dipandang kuat, mampu bersaing di dunia kerja, bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan yang tak bisa dipandang sebelah mata adalah salah satu tujuan dari perayaan Hari Wanita Internasional pada 8 Maret.
Empat sosok wanita ini bisa menjadi inspirasi Anda:
1. Berani melawan ketidakadilan
Di umur yang masih belia, Malala Yousafzai adalah anak yang tangguh. Ia menyuarakan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan di desanya, Mingora, Pakistan. Saat Taliban masuk ke Pakistan, anak-anak perempuan dilarang pergi ke sekolah. juga menonton televisi. Serangan bunuh diri pun meluas. Di akhir tahun 2008, ada 400 sekolah yang dibom.
Dibesarkan di keluarga pendidik—ayahnya adalah pendiri sebuah sekolah—Malala mempertanyakan sikap Taliban. Suatu hari di saluran televisi Pakistan, ia pernah berkata, “Berani-beraninya Taliban mengambil hak asasi saya untuk mendapatkan pendidikan?”
Pada 2009, Malala menuliskan kisahnya tentang hidup di bawah kekuasaan Taliban untuk BBC di dalam sebuah blog dengan nama samaran Gul Makai. Malala pun menjadi target pembunuhan oleh Taliban. Pada 2012, ia ditembak Taliban saat sedang menaiki bus dari perjalanan ke bus menuju rumahnya. Tembakan itu mengenai kepala hingga menembus leher. Ia segera diterbangkan ke Birmingham, Inggris, untuk pengobatan.
Kegigihan Malala diganjar dengan dua nominasi Nobel Perdamaian pada 2013 dan 2014. Ia menjadi orang termuda yang pernah meraih Nobel Perdamaian pada 2014. Setelah pindah ke Birmingham, Malala kembali bersekolah. Ia mendirikan Malala Fund bersama ayahnya pada 2013. Dana yang terkumpul dari Malala Fund pada saat Malala berulang tahun ke-18 dipakai mendirikan sekolah yang didesain untuk para pengungsi Syria di Libanon. Sekolah itu mampu menampung 200 anak perempuan berumur 14-18 tahun.
“Hari ini di hari pertama saya menjadi orang dewasa, atas nama anak-anak di dunia, saya menuntut para pemimpin kita. Kita harus berinvestasi dalam buku dan bukannya peluru,” ujar Malala saat itu. Kisah Malala memberikan semangat pada wanita untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya dan berani melawan ketidakadilan.
2. Punya semangat untuk bangkit
Kalau Linda Gumelar hanya meratapi keadaan tentu ia tak akan bisa membantu banyak wanita seperti sekarang ini. Ia terkena kanker payudara pada tahun 1996, dan berhasil bebas dari kanker pada tahun 2001. “Waktu itu dari hasil mamografi, nyawa saya dibilang tinggal 40%,” kata Linda.
Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) ini punya tekad untuk menurunkan jumlah penderita kanker payudara di Indonesia. Impian Linda adalah supaya Indonesia bebas kanker stadium lanjut tahun 2030. Ia mendirikan Yayasan Kanker Payudara pada tahun 2003. Hingga saat ini Linda aktif melakukan sosialisasi ke seluruh Indonesia. Program-program YKPI sangat inovatif. Bekerja sama dengan Pertamina, YKPI mengadakan mobil mamografi yang menjangkau Jakarta dan sekitarnya sehingga banyak wanita tak mampu yang diperiksa secara gratis. Tahun 2015, mobil mamografi sudah memeriksa sebanyak 3.247 wanita.
Sudah dua tahun ini YKPI mengadakan program pelatihan bagi relawan pendamping pasien kanker payudara. Modulnya dibuat oleh para ahli seperti psikolog, dokter, dan pakar komunikasi. “Jadi, ada teknik-teknik psikologi dan komunikasi yang diberikan. Kemudian juga ada ilmu tentang kesehatan payudara,” ungkap Linda.
Keinginan Linda mengabdi untuk para penderita kanker payudara disebabkan oleh rasa syukurnya yang telah selamat dari kanker. “Nah, saya pernah berjanji. Saya berjanji pada diri saya sendiri. Saya meminta kepada Allah, 'Ya Allah kalau diberi kesembuhan, saya akan bekerja untuk kanker payudara. "Jadi saya ingin lakukan apa saja supaya nggak banyak lagi orang yang bernasib seperti teman-teman yang parah itu, atau bernasib seperti saya. Sekarang sih saya hanya memegang
janji itu saja. Cuma itu semangat yang saya punyai,” kata Linda.