Keroncong bisa menjadi musik yang fun. Ini dibuktikan oleh grup musik Lantun Orchestra yang membawakan lagu-lagu betawi dalam irama musik keroncong. Selain membawakan lagu karya mereka sendiri, tadi malam (7/4/2015), Lantun Orchestra juga membawakan lagu-lagu karya alm. Benjamin S. Celetukan-celetukan sang vokalis membuat penonton tertawa. Sang vokalis pun berduet dengan Intan Soekotjo, membawakan lagu Kicir-Kicir. Lantun Orchestra terdiri atas para musisi yang masih berusia 20an. Ini menunjukkan regenerasi musik keroncong di negeri ini tetap berlangsung.
"Saya senang melihat anak-anak muda ini mau pakai kebaya dan memainkan musik keroncong. Mereka bisa membawa keroncong jadi musik yang lebih santai ya. Biarlah mereka dengan gaya mereka sendiri, yang penting mereka mau melestarikan musik keroncong ini," ujar Sundari Soekotjo di sela-sela acara.
Lantun Orchestra merupakan salah satu grup musik yang tampil dalam acara Keroncong Djoeara Noesantara (KEDJORA). Grup lainnya adalah Keroncong Tugu, yang lebih banyak mengiringi Sundari bernyanyi. Keroncong Tugu didirikan sejak tahun 1925 oleh seorang keturunan Portugis bernama Josef Quiko. Hingga kini, Keroncong Tugu masih bertahan, sebab diturunkan dari generasi ke generasi.
Regenerasi merupakan kunci dari bertahannya musik keroncong di Indonesia. Itu sebabnya Sundari Soekotjo mendirikan Yayasan Keroncong Indonesia (YAKIN). Bekerjasama dengan Galeri Indonesia Kaya, YAKIN menggelar acara Keroncong Week bertajuk Keroncong Djoeara Noesantara (KEDJORA). Acara ini digelar selama 6 hari (7 hingga 12 April 2015) dan terbuka untuk umum, setiap pukul 16.00 dan 19.30 WIB.
Acara KEDJORA memang berlangsung lebih kasual karena diselingi oleh Sundari yang sesekali berkisah tentang keroncong dan bagaimana mulanya ia mendirikan YAKIN. Ia ingin masyarakat Indonesia lebih banyak yang menikmati musik keroncong dan tidak menganggap bahwa musik ini hanya untuk 'orang tua'.
Untuk itu, KEDJORA juga menghadirkan musisi lintas generasi dan lintas genre musik seperti Yana Yulio, Winda Viska (Indonesian Idol), Iman "J Rocks", Candil, Dira Sugandi, Rika Roeslan, Dewi Gita, Ikke Nurjanah, Indra Aziz, dan Angel Pieters, untuk sama-sama merayakan musik keroncong. Jika tak sempat hadir, Anda masih bisa mengikuti live streaming melalui www.indonesiakaya.com
"Saya senang melihat anak-anak muda ini mau pakai kebaya dan memainkan musik keroncong. Mereka bisa membawa keroncong jadi musik yang lebih santai ya. Biarlah mereka dengan gaya mereka sendiri, yang penting mereka mau melestarikan musik keroncong ini," ujar Sundari Soekotjo di sela-sela acara.
Lantun Orchestra merupakan salah satu grup musik yang tampil dalam acara Keroncong Djoeara Noesantara (KEDJORA). Grup lainnya adalah Keroncong Tugu, yang lebih banyak mengiringi Sundari bernyanyi. Keroncong Tugu didirikan sejak tahun 1925 oleh seorang keturunan Portugis bernama Josef Quiko. Hingga kini, Keroncong Tugu masih bertahan, sebab diturunkan dari generasi ke generasi.
Regenerasi merupakan kunci dari bertahannya musik keroncong di Indonesia. Itu sebabnya Sundari Soekotjo mendirikan Yayasan Keroncong Indonesia (YAKIN). Bekerjasama dengan Galeri Indonesia Kaya, YAKIN menggelar acara Keroncong Week bertajuk Keroncong Djoeara Noesantara (KEDJORA). Acara ini digelar selama 6 hari (7 hingga 12 April 2015) dan terbuka untuk umum, setiap pukul 16.00 dan 19.30 WIB.
Acara KEDJORA memang berlangsung lebih kasual karena diselingi oleh Sundari yang sesekali berkisah tentang keroncong dan bagaimana mulanya ia mendirikan YAKIN. Ia ingin masyarakat Indonesia lebih banyak yang menikmati musik keroncong dan tidak menganggap bahwa musik ini hanya untuk 'orang tua'.
Untuk itu, KEDJORA juga menghadirkan musisi lintas generasi dan lintas genre musik seperti Yana Yulio, Winda Viska (Indonesian Idol), Iman "J Rocks", Candil, Dira Sugandi, Rika Roeslan, Dewi Gita, Ikke Nurjanah, Indra Aziz, dan Angel Pieters, untuk sama-sama merayakan musik keroncong. Jika tak sempat hadir, Anda masih bisa mengikuti live streaming melalui www.indonesiakaya.com
Tenni Purwanti
Foto: Image Dynamics PR