Chef Norman Tak Tertarik Main Sinetron
Umumnya, kepiawaian pria di bidang ini sukses menarik perhatian wanita di sekitarnya. Apalagi chef yang satu ini memang punya penampilan menarik. Mungkin ini yang membuat kamera jatuh hati padanya. Tapi ia cukup puas bisa 'bermain' di dunia kuliner. Menjadi model atau main sinetron? "Nggak, deh. Di sini saja," ia menanggapinya dengan yakin.
Apa yang membuat Anda begitu mencintai dunia kuliner? begitu saya bertanya. Kembali jawabannya singkat saja, karena menyenangkan. Walau begitu, jenis profesi ini membutuhkan disiplin yang tinggi. Suatu pelajaran yang dirasa Norman sangat berharga. Tapi tidak serta-merta ia menerapkan hal itu di semua lini kehidupannya. Sebagai seorang ayah dari lima anak laki-laki, ia merasa tak perlu bersikap militeristik menerapkan disiplin pada anak-anaknya. "Adalah bandelnya anak-anak, tapi mereka cenderung nurut," ujarnya, sambil melirik dua anak laki-lakinya yang baru saja kembali dari sekolah.
Yang saya bayangkan jika ada seorang chef di rumah adalah setiap hari ada hidangan ala gourmet di meja makan. Ternyata, tak setiap hari ia memasak di rumah, kecuali harus menguji coba resep atau permintaan anak-anaknya. "Malas...kan, ada si Mbak," jawabnya ringan.
Menggeluti bidnag yang begitu dekat dengan para ibu, saya pun penasaran soal tindak tanduk ajaib yang pernah ia terima dari para wanita peserta demo masak. Awalnya ia hanya tersenyum, lalu memberi jawaban di luar ekspektasi saya. "Pernah ada ibu yang memprotes cara saya memasak. Akhirnya, saya yang malah diajari cara memasak dengan benar," kenangnya geli, sebelum kembali fokus ke masakannya. Padahal masakan Chef Norman sudah bisa dipastikan kelezatannya. Buktinya, apa pun yang ia masak, pasti langsung disikat habis oleh kelima anaknya!
Foto: Hermawan
Pengarah gaya: Erin Metasari