Publik mengenalnya sebagai disc jockey (DJ) dan aktor, namun ia lebih suka menyebut dirinya seorang konseptor. “Apa pun yang saya lakukan, harus ada konsep yang jelas. Dan saya memang senang membuat konsep,” ujar pria 37 tahun ini, yang belakangan melejit kembali lewat dua acara di NET TV, yaitu “The Remix” dan mini seri “Patriot”.
Bahkan, ia mengaku selalu mengonsep hidupnya untuk setahun ke depan, setidaknya secara garis besar, yang ia evaluasi setiap kuartal. “Kalau belum ada tawaran job untuk tahun depan, saya akan menciptakan kegiatan sekaligus target sendiri. Saya bukan tipe menunggu bola, saya lebih senang jemput bola dan langsung gue tendang sampai gawang,” katanya, tersenyum.
Latar belakangnya sebagai DJ, maka ia diajak sebagai salah satu konseptor The Remix”—ajang pencarian DJ berbakat—merangkap salah satu juri tetap. “Kami memulainya dari nol—acara seperti ini belum pernah ada di Indonesia. Kami tidak mengusung konsep from zero to hero’ karena kami justru ingin mengangkat DJ-DJ andal dari seluruh Indonesia untuk dikenal luas. Tak disangka, baru dua kali tayang, "The Remix” langsung menjadi trending topic di media sosial,” kata Winky, senang.
Dunia DJ memang tak bisa dilepaskan dari sosok Winky. Ia mengenal jenis musik yang biasa memeriahkan kehidupan dunia gemerlap itu sejak masih duduk di SMA, di sebuah kelab underground yang menjadi tempat ngumpul teman-teman sekolahnya. “Saya kasihan sama orang-orang yang menganggap party dan dugem identik dengan narkoba. Faktanya, banyak orang datang ke pub atau kelab semata untuk menikmati music sambil bersantai dan melepas stres. Ancaman narkoba bukan hanya ada di dunia gemerlap, tapi ada di mana-mana.”
[Baca juga tentang akting dalam perspektif Ray Sahetapi di sini]
Menjadi aktor juga pekerjaan yang tak kalah dinikmatinya. Sejak ia kecil, dunia seni sudah menjadi bagian dari hidupnya. Pria yang lahir dan melewatkan masa kanak-kanaknya di Bandung ini dikeliling keluarga pekerja seni. Ayahnya seorang pelukis, ibunya aktif di sanggar seni (almarhum) Harry Roesly, pamannya seorang pianis jazz, bahkan kakeknya—seorang jenderal kavaleri—biasa menari sebagai Gatotkaca dan sering diundang menari di Istana Negara.
Berawal dari keterlibatannya sebagai model iklan beberapa produk, Winky mendapat peran pertamanya dalam film Jelangkung (2001) arahan sutradara Rizal Mantovani. Namanya juga pernah masuk nominasi untuk kategori The Most Favorit Supporting Actor dalam film Berbagi Suami di ajang MTV Indonesia Movie Awards 2006.
Namun, perannya sebagai Sertu Jalu di miniseri Patriot meninggalkan kesan istimewa baginya. “Saya yang sebelumnya nyaris nggak pernah olahraga, tiba-tiba harus menjalani latihan ala prajurit di Markas Komando (MAKO) Kopassus selama dua minggu. Latihannya serius, kalau salah kami dihukum disuruh push-up sekian puluh kali. Kami juga diajari menggunakan senjata, mulai dari memegang, menarik picu, menembak, hingga mengisi peluru sembari menyetir mobil,” ungkap Winky yang kini jadi rajin berolahraga setelah menyadari manfaatnya bagi kebugaran tubuhnya. Kendati begitu, ia belum bisa mengekang obi beratnya, makan! “Dia nggak suka ngemil, tapi kalau makan bisa sampai 12 kali sehari, termasuk makan nasi goreng pada pukul 1 pagi, ha ha ha,” sahut sang istri, Kenes Andari, yang mendampingi wawancara.
Lantas apa rencana hidup sang konseptor untuk tahun 2016 ini? “Menyiapkan The Remix season kedua, kembali ke MAKO Kopassus untuk mini seri lanjutan Patriot, dan menyiapkan konsep untuk sebuah tawaran menjadi host sebuah reality show di TV. Itu yang sudah ada di agenda. Yang lain menyusul,” katanya tertawa.
Foto: Nita Strudwick
Pengarah gaya: Dian Prima