Banyaknya selebriti yang ‘demam stem cell' mengundang reaksi. Dr. Julia Tzu, MD, dokter kulit di Wall Street Dermatology, New York, berkomentar di NY Daily News, “Saya tidak tahu ada studi ilmiah yang telah menunjukkan kemanjuran dari pengolesan ekstrak stem cell domba dalam proses anti-aging.” Pendapat serupa disampaikan dr. Enrina Diah Sp.Bp-RE dari Ultimo Aesthetic and Dental Center, yang mempelajari stem cell di Korea Selatan. Ia yakin bahwa belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan stem cell dari domba memberi manfaat medis.
Efek popularitas stem cell tak berhenti sampai di situ. Belakangan, muncul perawatan bernama stem cell facelift. Perawatan ini menjanjikan manfaat yang jauh lebih besar ketimbang facelift tradisional. Tanpa operasi, wajah tampak lebih segar, kulit lebih kenyal dan lebih kencang (ini penting).
Stem cell facelift juga ampuh menghilangkan luka bekas jerawat dan vlek-vlek hitam. Di Amerika Serikat, biaya stem cell facelift mulai dari lima ribu hingga 20 ribu dolar AS. Di Indonesia, ada klinik yang mematok Rp 65 juta. Mahal, memang. Tetapi, siapa, sih, yang tidak mau awet muda?
Bagaimanapun, istilah stem cell facelift rupanya rancu dengan prosedur stem cell yang diterapkan dalam dunia medis. “Dalam stem cell facelift, prosedur yang dilakukan bernama autologous fat transfer,” jelas Dr. Abraham Arimuko, SpKK. MARS. FINSDV, FAADV, Presiden Indonesian Society of Cosmetic Dermatology. Dalam proses itu, lemak pasien diambil dari perut, kemudian dikembalikan ke kulit yang ingin diremajakan. Manfaat dari prosedur ini adalah volumizing, yang akan membuat kulit lebih kencang, lembap, dan glowing. Tetapi, bagaimana proses ini disebut sebagai perawatan berbasis stem cell?
Secara alami, lemak memang mengandung stem cell. Sehingga, ketika lemak dipindahkan ke area lain, secara otomatis stem cell terbawa serta. “Istilahnya adalah Adipose Derived Stem Cell (ADSC),” jelas Abraham. Perawatan stem cell jenis ini berbeda dengan prosedur stem cell yang digunakan untuk beragam penyakit berat, seperti leukimia, osteoarthritis, dan penyembuhan luka bakar.
Di Thailand, perawatan anti-aging dengan stem cell sudah lebih terbuka. Menurut Dr. Veerapol Khemarangsan M.D, CEO Bangkok Stem Cell, Thailand, stem cell terbaik dari plasenta. Bukan plasenta domba, melainkan plasenta atau ari-ari manusia. “Plasenta itu seperti golongan darah O, artinya bisa diterima oleh hampir semua orang. Namun memang stem cell dari tubuh sendirilah yang paling baik, karena mengurangi risiko alergi, kata Veerapol.
Stem Cell dan medis:
1. Stem cell adalah sel ajaib. Kekuatan supernya mampu menggantikan jaringan yang rusak. Menurut Indra Bachtiar, Ph. D, peneliti dari Stem Cell & Cancer Institute, “Sel rusak akan diganti oleh stem cell. Ia bisa menjadi daging, mata, rambut, kuku, bahkan menjadi organ lengkap.”
2. Stem cell terkandung di embrio berusia 3-5 hari. Pada manusia dewasa, ia ada di sumsum tulang, tali pusat, darah tali pusat, dan lemak.
3. Keberadaan stem cell dalam tubuh manusia terus berkurang seiring pertambahan usia.
4. Tali pusat bayi yang baru lahir mengandung stem cell. Biasanya, ia digunakan untuk mengobati anak dengan penyakit leukimia.
5. Selain Amerika Serikat, berbagai negara di Asia telah melakukan perawatan stem cell, termasuk Singapura dan Thailand.
Baca juga: Menjadi Konsumen Cerdas untuk Stem Cell