Stem Cell Beauty Inovations, sebuah produk asal Beverly Hills, menjual nama artis-artis top Hollywood agar produknya laris. Produk mereka menggunakan stem cell dari plasenta domba. Mereka pun berani mengklaim diri sebagai ‘rahasia kecantikan karpet merah’.
Tren ini mulai merasuk ke Indonesia. Coba googling kalimat “krim stem cell Indonesia.” Hasilnya, banyak produk yang muncul. Produk-produk itu dijual lewat Facebook, Instagram, hingga di pusat perbelanjaan. Konon, ia berasal dari stem cell hewan, tumbuhan, maupun bunga. Produk-produk itu menjual potensi regeneratif stem cell sebagai anti-aging. Tetapi benarkah teknologi kita sudah sampai di sana? Ampuhkah dalam menunda penuaan kulit?
Seperti halnya sel lain, stem cell merupakan sel hidup. Ia butuh sarana pendukung, seperti makanan, untuk tetap hidup. “Stem cell yang dibiakkan untuk tujuan medis biasanya diberi makan serum,” ungkap Indra Bachtiar, PhD. Makanan stem cell adalah protein dan asam amino. Makanan yang kita konsumsi menghasilkan asam amino, zat itu juga yang dibutuhkan oleh stem cell.”
Karenanya, kemungkinan bagi stem cell untuk hidup dalam sebuah kemasan yang tersegel rapat sangatlah kecil. Apa yang dimaksud produk-produk tersebut sesungguhnya ekstrak dari bahan yang mengandung stem cell. Bahan bisa berupa apa saja, seperti tanaman atau buah-buahan.
Pertanyaan selanjutnya adalah soal manfaat. Menurut Dr. Amaranila Lalita Drijono, SpKK, selama ia mengandung growth factor, maka kemungkinan ia memiliki manfaat. Growth factor adalah zat-zat turunan protein yang berfungsi mengaktivasi sel agar bekerja lebih cepat, termasuk regenerasi sel kulit. “Sebagai growth factor, hasil uji klinis terlihat mampu memacu pertumbuhan kolagen kulit lebih cepat dibandingkan asam retinoat, gold standard dari peremajaan kulit.”
Dr. Abraham Arimuko, SKK, MARS, FINSDV, FAADV, Presiden Indonesian Soeciety of Cosmetic Dermatology mengatakan, ekstrak tanaman memiliki kandungan yang bisa memperbaiki kulit, antara lain anti oksidan, moisturizing factor, dan anti carcinogen. Sementara, produk dengan ekstrak buah-buahan, seperti apel, baik untuk peremajaan kulit. Jika dipakai teratur dan dalam jangka waktu yang cukup, ia bisa membantu mengurangi keriput halus. Bahan-bahan tersebut, bersama dengan growth factor lain, bisa merangsang pertumbuhan sel-sel jaringan kulit yang baru.
Bicara stem cell bak menerawang ke masa depan dunia kecantikan dan kesehatan—hal baru, apalagi di Indonesia. Karenanya, segala penggunaan dan pemakaian perlu hati-hati. Tanyakan izin praktik dari dokter, klinik atau rumah sakit yang menawarkan prosedur stem cell facelift. Untuk produk berlabel stem cell, tindakan preventif termudah adalah mengecek izin dari BPOM. Jika terdaftar, berarti aman untuk digunakan.
Di luar segala kontroversi, potensi stem cell menjanjikan manfaat yang besar di kemudian hari (bayangkan sel wajah yang terus-menerus beregenerasi!). Martin Evans tentu tahu betul soal ini. Mungkin, kelak ia bisa mengajak Kim Kardashian berkolaborasi.
Stem Cell dalam angka:
- Cara menghitung dosis stem cell untuk keperluan medis: 1 juta sel per kg berat badan. Jika berat badan 60 kilogram, berarti butuh 60 juta stem cell.
- Tahun 1981 Martin Evans dari Cardif University, Inggris, pertama kali mengenali stem cell embrio di tikus.
- Stem cell dari embrio dapat berubah menjadi 220 jenis sel yang berbeda.
- Rp 30 juta adalah biaya minimal yang dibutuhkan untuk mengolah 60 juta sel. Dengan perhitungan satu stem cell dihargai setengah rupiah hingga satu rupiah," ujar Indra Bachtiar, Ph.D
- Tahun 1997 Domba Dolly yang tenar itu dikloning oleh Ian Wilmut bersama tim di Roslin Institute, Edinburgh.
Baca juga: Stem Cell Facelift Efektif untuk Awet Muda?