Tahu merupakan sumber protein penting khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Dari sisi protein, tahu dapat disetarakan dengan ikan. Sayangnya tahu yang diproduksi di Indonesia sering menggunakan formalin dalam proses pembuatannya. Formalin adalah bahan berbahaya yang sama sekali tidak boleh ada dalam pangan.
Sebetulnya jika ditangani dengan baik tahu dapat berumur lebih panjang. Penanganan tahu yang baik adalah dengan merendamnya dalam air matang, membungkusnya dengan plastik yang rapat (kedap), dan menyimpannya di lemari pendingin. Penambahan jeruk nipis atau kunyit juga dapat memperpanjang umur simpan tahu.Tapi jika diterapkan pada tahu yang jumlahnya ribuan maka memeras jeruk nipis dan kunyit menjadi tidak praktis. Jujur saja, saya bingung mau mulai dari mana.
Beberapa teman saya sudah memulai penelitian awal di sebuah sekolah alam di Serang. Mereka membuat larutan fermentasi beberapa bakteri lactobacillus yang difermentasikan pada beberapa media. Setelah melalui serangkaian pembuktian dan pengujian, semua uji yang kami lakukan memberikan hasil yang baik. Tahap selanjutnya adalah meminta masukan pada ahli pangan, ahli keamanan pangan, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memperoleh rekomendasi sebagai bahan pengawet alami. Karena ini adalah produk baru yang belum pernah ada, maka di BPOM tidak ada penggolongan apapun bahkan nama bahan ataupun nama ‘makhluk’nya pun belum ada. Kami menamainya PALATA (Pengawet Alami Tahu).
Dukungan para ahli dan asosiasi diperoleh, bahkan BPOM sebagai Badan resmi pemerintah yang mengawasi pangan dan obat-obatan mendukung pengembangan produk ini dengan menfasilitasi dengan uji-uji lanjut sehingga dapat dipastikan keamanan produk ini untuk masyarakat. Pertolongan datang ketika dana penelitian (swadaya) sudah habis, sementara berbagai uji masih harus dilakukan.
Saat ini proses inkubator bisnis dari produk ini sedang dilakukan, supaya produk ini dapat diproses lebih lanjut untuk dapat diproduksi dalam skala besar, dan dapat diduplikasi di berbagai lokasi untuk memenuhi kebutuhan para pengusaha tahu. Selain itu dari sisi penggunaan dan harga masih harus dipikirkan, agar dapat digunakan persis seperti menggunakan formalin (cara dan dosis), serta harga yang setara dengan formalin. Dalam waktu dekat produk akan siap di pasaran. Semoga Tuhan masih terus memberi kemudahan agar niat semula untuk menolong para pengusaha tahu, dan menyediakan tahu yang sehat bagi masyarakat dapat terwujud.
Oleh Wida Winarno, MBRIO R&D Laboratory www.mbriofood.com
Sebelumnya: Di Balik Kelezatan Tahu