MATAHARI BELUMLAH DI ATAS KEPALA ketika saya undur diri dari kantor Dwivedi. Selanjutnya, dengan ditemani tim dari UNICEF, saya berangkat menuju pelosok-pelosok Malda. Saya ingin menyaksikan langsung apa yang mereka kerjakan di masyarakat.
Sebelumnya, M. Asadur Rahman, kepala kantor UNICEF di Bengali Barat, telah bercerita soal Meena Manch, satu program edukasi dan penguatan kapasitas anak-anak, terutama perempuan, yang tengah mereka jalankan.
Program itu merupakan turunan dari Meena Communication Initiative (MCI), sebuah proyek komunikasi skala besar yang diluncurkan UNICEF pada 1998, dengan tujuan mengubah persepsi dan perilaku yang membahayakan keselamatan dan perkembangan anak-anak perempuan di Asia Selatan.
Di India, mereka mengimplementasikan MCI lewat berbagai medium, seperti film, komik dan poster, selain juga membentuk grup (semacam ekstrakulikuler) Meena Manch di sekolah, di mana ada guru yang bertindak sebagai fasilitator. Departemen pendidikan India turut mendukung gerakan tersebut dan membuka jalan ke sekolah-sekolah. Kini, sudah ada 19.000 grup di seluruh India.
Ketika saya tiba di salah satu madrasah siang itu, saya baru menyadari betapa strategi yang diterapkan UNICEF di Malda terbilang jitu dan potensial untuk diterapkan di Indonesia. Di sana, UNICEF masuk ke akar rumput melalui madrasah-madrasah. Mereka berdialog dengan pihak madrasah, termasuk para guru dan murid, laki maupun perempuan. Adanya negara di belakang mereka membuat proses menjadi lebih mudah.
Dengan jumlah penduduk muslim mencapai 80% dari total populasi, dengan bertebarannya pesantren serta kuatnya pengaruh pemuka agama di masyarakat, kerja sama dengan institusi berbasis agama merupakan hal yang perlu dilakukan. Apalagi, di Indonesia tak jarang kasus perkawinan anak dilakukan oleh pemimpin agama.