Ada banyak persepsi soal frozen food. Beberapa orang mengangap frozen food sebagai sesuatu yang instan dan buruk bagi kesehatan. Sebagian lain melihatnya sebagai solusi praktis masyarakat urban. Lantas mana yang benar, dan mana yang keliru? Simak yang berikut ini.
Freezer untuk semua makanan
Adalah benar bahwa sebagian besar bahan pangan dapat disimpan dalam freezer, tapi itu bukan berarti semua. Daun selada, misalnya, akan rusak ketika dibekukan dan kemudian dicairkan. Begitu pula dengan saus krim atau kopi. Temperatur yang rendah akan merusak tekstur bahan pangan tersebut.
Menyimpan untuk selamanya
Dari segi keamanan, ini benar. Bagaimanapun, yang perlu menjadi perhatian tentu saja soal kualitas kandungan bahan pangan. United States Department of Agriculture punya rekomendasi sebagai berikut: sup (2-3 bulan), daging yang telah dimasak (2-3 bulan), daging yang belum dimasak (4-12 bulan), daging unggas yang telah masak (4 bulan), daging unggas yang belum dimasak (9-12 bulan).
Anti bakteria
Temperatur rendah membuat bakteri non-aktif, tapi tidak membunuh. Artinya, jika makanan Anda terkontaminasi sebelum masuk ke freezer, ia akan tetap terkontaminasi begitu dicairkan. Masak makanan tersebut sesuai ketentuan agar lebih aman.
Frozen food bernutrisi lebih rendah ketimbang makanan segar
Yang ini belum tentu benar, bahkan bisa jadi sebaliknya. Frozen food bisa jadi mengambil bahan baku yang bagus, dan diproses dalam masa-masa terbaiknya. Plus, pembekuan membuat nutrisi tersimpan lebih lama. Sebaliknya, apa yang terlihat fresh belum tentu demikian. Siapa yang tahu kapan sayuran itu dipetik?
Frozen food mengandung bahan pengawet
Ini kesalahpahaman yang banyak terjadi. Faktanya, tidak semua frozen food mengandung bahan pengawet. Bahan pengawet tidak dibutuhkan karena pembekuan itu sendiri merupakan pengawetan alami.