Sondari Soemijati, ibunda dari Maudy Koesnaedi mengembuskan napas terakhir pada 15 April 2015 lalu setelah dirawat selama 3 minggu dan 6 hari dalam ICU. Dalam wawancara dengan Pesona sebelum pemotretan cover beberapa hari lalu, Maudy menuturkan kedekatannya dengan sang ibu.
“Usia saya jauh dengan kakak-kakak jadi dekatnya sama mama. Beranjak besar, ingin belajar mandiri pisah kamar tapi tetap saja connecting door dengan kamar mama. Saya dulunya tomboi dan mama tidak pernah protes saya main dengan anak laki-laki. Tapi anehnya, saat saya mulai pacaran, mama selalu protes. Itu yang membuat saya pernah kesal dengan mama sewaktu remaja. Ya namanya juga ibu dan anak perempuan, pasti ada masa slek-nya.
Setelah menikah dan tinggal dengan suami (Frederik Johannes Maijer, atau yang lebih dikenal dengan Erik Maijer), yang dekat dengan mama justru kakak-kakak saya. Tapi saya selalu izin kalau syuting apa pun, termasuk syuting film Soekarno. Sejak mama sakit, saya menyempatkan mengurus mama usai syuting sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta. Menjelang mama meninggal, saya tanya, mama mau dibikinin apa atau apa keinginan mama yang bisa saya bantu? mama ternyata minta dikirimi doa. Saya dan kakak-kakak mengumpulkan semua anggota keluarga dan teman-teman mama. Karena rumah sakit penuh, akhirnya saya dan keluarga mengadakan pengajian di rumah mama, yang tidak jauh dari rumah sakit. Setelah pengajian, kami diberi kabar bahwa kondisi mama drop. Kami langsung menuju rumah sakit. Tidak lama setelah kedatangan kami, mama meninggal. Waktu itu saya lega karena bisa mewujudkan keinginan terakhirnya. Tapi saat pemakaman, saya tidak bisa menahan diri.
Saya syuting hampir tiap hari. Saya selalu berpesan kepada kru agar kalau ada sesuatu yang terjadi pada mama, wajah mereka tidak boleh berubah atau jangan beritahu saya dulu. Makanya setiap usai syuting saya selalu mengecek ponsel. Selama tiga minggu terakhir selama mama dirawat saya memang lebih sering panik usai syuting. Nah, sewaktu hari mama meninggal, itu saya baru selesai syuting dan masih full makeup. Saya tidak sempat membersihkan wajah dan langsung ke rumah sakit, pengajian, lalu mama meninggal dan saya sibuk mengurus pemakaman. Saat kembali ke rumah, wartawan sudah penuh di rumah mama dan saya baru sadar saat lihat video wawancaranya bahwa wajah saya full makeup. Sampai ada yang menyindir ‘kok berduka masih sempat full makeup’ padahal saya full makeup justru karena tidak sempat membersihkan wajah dari pagi.”
“Usia saya jauh dengan kakak-kakak jadi dekatnya sama mama. Beranjak besar, ingin belajar mandiri pisah kamar tapi tetap saja connecting door dengan kamar mama. Saya dulunya tomboi dan mama tidak pernah protes saya main dengan anak laki-laki. Tapi anehnya, saat saya mulai pacaran, mama selalu protes. Itu yang membuat saya pernah kesal dengan mama sewaktu remaja. Ya namanya juga ibu dan anak perempuan, pasti ada masa slek-nya.
Setelah menikah dan tinggal dengan suami (Frederik Johannes Maijer, atau yang lebih dikenal dengan Erik Maijer), yang dekat dengan mama justru kakak-kakak saya. Tapi saya selalu izin kalau syuting apa pun, termasuk syuting film Soekarno. Sejak mama sakit, saya menyempatkan mengurus mama usai syuting sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta. Menjelang mama meninggal, saya tanya, mama mau dibikinin apa atau apa keinginan mama yang bisa saya bantu? mama ternyata minta dikirimi doa. Saya dan kakak-kakak mengumpulkan semua anggota keluarga dan teman-teman mama. Karena rumah sakit penuh, akhirnya saya dan keluarga mengadakan pengajian di rumah mama, yang tidak jauh dari rumah sakit. Setelah pengajian, kami diberi kabar bahwa kondisi mama drop. Kami langsung menuju rumah sakit. Tidak lama setelah kedatangan kami, mama meninggal. Waktu itu saya lega karena bisa mewujudkan keinginan terakhirnya. Tapi saat pemakaman, saya tidak bisa menahan diri.
Saya syuting hampir tiap hari. Saya selalu berpesan kepada kru agar kalau ada sesuatu yang terjadi pada mama, wajah mereka tidak boleh berubah atau jangan beritahu saya dulu. Makanya setiap usai syuting saya selalu mengecek ponsel. Selama tiga minggu terakhir selama mama dirawat saya memang lebih sering panik usai syuting. Nah, sewaktu hari mama meninggal, itu saya baru selesai syuting dan masih full makeup. Saya tidak sempat membersihkan wajah dan langsung ke rumah sakit, pengajian, lalu mama meninggal dan saya sibuk mengurus pemakaman. Saat kembali ke rumah, wartawan sudah penuh di rumah mama dan saya baru sadar saat lihat video wawancaranya bahwa wajah saya full makeup. Sampai ada yang menyindir ‘kok berduka masih sempat full makeup’ padahal saya full makeup justru karena tidak sempat membersihkan wajah dari pagi.”
Teks: Tenni Purwanti
Pengarah Gaya: Erin Metasari
Foto: Wijayanti Kusumawardini