Pertama kali saya datang ke pusat kebugaran, saya menemui seorang personal trainer. Kepadanya saya katakan bahwa saya ingin menurunkan berat badan. Setelah mendapatkan data lengkap tentang berat/tinggi badan saya, sang personal trainer berkata, “Yang kita perlukan adalah latihan untuk mengubah lemak menjadi otot.”
Kemudian ia membuatkan jadwal latihan yang harus saya lakukan bersamanya, dan menu makan yang harus saya taati. Biasa saja, ia tidak meminta saya untuk menghindari lemak sama sekali, ia juga tidak meminta saya untuk menghindari karbohidrat. Katanya, karbohidrat tetap saya perlukan untuk sumber tenaga, dan lemak tetap saya butuhkan untuk memelihara kulit. Lemak juga kita perlukan untuk melarutkan vitamin A, D, E, dan K agar kita tidak defisiensi vitamin-vitamin tersebut.
Sampai sekarang mungkin kita masih pecaya bahwa menghindari lemak bisa membuat kita lebih sehat dan mendapatkan berat ideal. Kita pun begitu yakin bahwa olive oil dan lemak omega adalah dua jenis lemak yang paling baik. Butter? Jangan! Minyak kelapa? Jangan!
Tak perlu ekstrem menyikapi lemak. Simak fakta ini.
Mitos: Diet rendah lemak lebih bagus untuk menurunkan berat badan.
Fakta: Mengonsumsi lemak tidak membuat kita gemuk, kecuali berlebihan. Dari beberapa riset ditemukan bahwa diet rendah karbohidrat akan lebih cepat menurunkan berat badan daripada diet rendah lemak. Alasannya, kalau kita diet rendah lemak, kita akan mengatasi rasa lapar dengan mengonsumsi karbohidrat. Padahal mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat akan merangsang produksi insulin yang bisa meningkatkan penyimpanan kalori berupa sel lemak. Tetapi bila kita diet rendah karbohidrat, kita akan mengatasi rasa lapar dengan mengonsumsi protein yang mengandung lemak tak jenuh, seperti kacang-kacangan atau biji-bijian. Kita perlu lemak untuk kenyang lebih lama.
Mitos: Lemak jenuh sangat berbahaya bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Fakta: Dari berbagai riset belum bisa disimpulkan bahwa lemak jenuh bisa memicu penyakit jantung. Tapi bukan berarti kita bebas mengoleskan butter setebal mungkin di atas roti kita setiap hari. Kita juga harus ingat bahwa sumber pangan lain seperti daging - apakah itu berlemak atau tidak – dapat menekan bakteri usus yang memicu pengerasan pada arteri.
Mitos: Tulisan “0 gram trans fat” pada makanan kemasan, itu berarti produk tersebut bebas lemak trans (misalnya minyak yang digunakan beberapa kali untuk menggoreng).
Fakta: Tidak selalu. Baca lebih teliti, lihat kalimat selanjutnya. Kadang-kadang ada tambahan: “Setiap kemasan mengandung 1,5 g trans fat.” Banyak resto menggunakan minyak untuk satu kali menggoreng untuk mengurangi lemak trans. Tetapi bila Anda membeli snack di supermarket mungkin tertulis “0 gr trans fat” tetapi mencantumkan hydrogenated oil, sumber utama lemak trans.