Adalah Udaya Halim, pria keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Tangerang, yang berinisiatif mendirikan Benteng Heritage. Saat terjadi kerusuhan Mei 1998, Udaya dan keluarganya terpaksa hijrah ke Perth, Australia. Di sana, ia belajar dan membuka usaha yang lumayan sukses. Namun, kecintaannya pada tanah kelahiran membuatnya kembali ke Tanah Air pada 2004, mendirikan sekolah bernama Prince’s Creative School, dan menjadi konsultan bagi anak-anak bermasalah. Ia bahkan menjual sahamnya di beberapa institusi di Perth, di mana ia menjabat sebagai direktur, agar dapat lebih fokus mengembangkan sekolah ini.
Kesuksesan berbisnis tidak membuatnya melupakan warisan budaya leluhurnya. Ia terpanggil menyelamatkan bangunan-bangunan bersejarah di dekat Klenteng Boen Tek Bio untuk dijadikan museum yang kini dikenal sebagai Benteng Heritage. Bangunan ini awalnya adalah rumah keluarga Tionghoa yang terdiri dari tiga rumah. Udaya baru berhasil membeli dua rumah. Meski begitu, ia tetap memulai restorasi bangunan tersebut dengan mengubah kembali bangunan ke bentuk semula.
Selama dua tahun, Udaya mengganti elemen-elemen yang rusak dari bangunan berlantai dua tersebut dengan membuat replika sehingga bentuknya sama dengan aslinya. Lantai bangunan yang semula sudah ditutupi keramik putih oleh pemilik lama, dibongkar lagi agar kembali berlantai ubin terakota. Upaya ini berhasil mengembalikan nuansa hangat bangunan ini. Yang juga dikembalikan ke bentuk asal adalah tangga di dalam bangunan yang memiliki tingkat kecuraman 45 derajat. Tangga tersebut tetap dipertahankan, tetapi Udaya menambahkan satu tangga lagi yang lebih landai di sisi seberang tangga, agar pengunjung bisa naik dan turun dengan nyaman.