Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Itu adalah kata-kata mujarab untuk membangkitkan semangat seseorang yang sedang mengalami kegagalan. Namun, kegagalan kadang tak cukup dihilangkan dengan kata-kata mutiara semacam itu, sebab kegagalan dapat menurunkan motivasi, rasa percaya diri, dan harga diri seseorang. Bila kegagalan terjadi berulang kali, akhirnya kita akan menghakimi diri sendiri sebagai 'pecundang'.
Pertolongan pertama mengatasi luka hati akibat kegagalan adalah ambil hikmahnya dan ... tertawakan!
Hal ini disarankan oleh Dr. Guy Winch, psikolog dan penulis buku Emotional First Aid. Kegagalan sesungguhnya adalah pelajaran hidup berharga jika kita mampu memahami kesalahan yang kita lakukan dan mengambil makna di balik kegagalan itu.
Ketika kita sudah mampu memahami masalah dan hikmah di balik kegagalan itu, biasanya kita akan dengan ringan menertawakan kebodohan yang kita lakukan yang menyebabkan kegagalan itu. Selanjutnya kita akan bisa mengakui kesalahan dan keterbatasan diri kita, dan akhirnya bisa berdamai dengan kegagalan itu.
Namun bagaimana jika Anda terus memikirkan kegagalan tersebut? Atau, pernahkah Anda terus memikirkan kejadian di masa lalu yang menyakitkan hati, sulit 'letting go', atau dalam bahasa gaul masa kini sulit 'move on'? Tanpa disadari tubuh Anda akan terus-menerus melepaskan hormon stres ke dalam aliran darah karena sakit hati, sesal, sedih, dan marah yang Anda rasakan tak kunjung usai.
Salah satu cara efektif adalah secepatnya alihkan perhatian Anda dengan melakukan kegiatan yang menuntut konsentrasi tinggi tapi sekaligus menyenangkan. Misalnya bermain piano, melukis, atau berlatih yoga. Fokuskan diri Anda untuk melakukan apa yang bisa dilakukan hari ini dan yang akan datang, bukan berkubang dalam penderitaan masa kini dan masa lalu.
Pertolongan pertama mengatasi luka hati akibat kegagalan adalah ambil hikmahnya dan ... tertawakan!
Hal ini disarankan oleh Dr. Guy Winch, psikolog dan penulis buku Emotional First Aid. Kegagalan sesungguhnya adalah pelajaran hidup berharga jika kita mampu memahami kesalahan yang kita lakukan dan mengambil makna di balik kegagalan itu.
Ketika kita sudah mampu memahami masalah dan hikmah di balik kegagalan itu, biasanya kita akan dengan ringan menertawakan kebodohan yang kita lakukan yang menyebabkan kegagalan itu. Selanjutnya kita akan bisa mengakui kesalahan dan keterbatasan diri kita, dan akhirnya bisa berdamai dengan kegagalan itu.
Namun bagaimana jika Anda terus memikirkan kegagalan tersebut? Atau, pernahkah Anda terus memikirkan kejadian di masa lalu yang menyakitkan hati, sulit 'letting go', atau dalam bahasa gaul masa kini sulit 'move on'? Tanpa disadari tubuh Anda akan terus-menerus melepaskan hormon stres ke dalam aliran darah karena sakit hati, sesal, sedih, dan marah yang Anda rasakan tak kunjung usai.
Salah satu cara efektif adalah secepatnya alihkan perhatian Anda dengan melakukan kegiatan yang menuntut konsentrasi tinggi tapi sekaligus menyenangkan. Misalnya bermain piano, melukis, atau berlatih yoga. Fokuskan diri Anda untuk melakukan apa yang bisa dilakukan hari ini dan yang akan datang, bukan berkubang dalam penderitaan masa kini dan masa lalu.
Shinta Kusuma