Bila tabungan masa tua Anda dirasa sudah cukup dan Anda ingin mendedikasikan sisa hidup untuk kemanusiaan atau lingkungan hidup, terjun ke sektor nirlaba bisa Anda jadikan pilihan karier kedua. Sektor nirlaba bermacam bentuknya. Misalnya yayasan yang memberikan bantuan perawatan dan pengobatan bagi anak cacat atau usia lanjut telantar. Atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang aktif memperjuangkan sesuatu, misalnya keselamatan dan kesejahteraan buruh migran, pemberdayaan perempuan yang terpaksa harus menjadi kepala keluarga, atau pelestarian dan perlindungan hewan langka. Sektor nirlaba biasanya berbentuk badan hukum yang bergerak di bidang sosial, kemanusiaan, atau lingkungan hidup. Pendapatan badan hukum ini diperoleh dari publik, perusahaan, pemerintah (kementerian tertentu), atau donasi dari lembaga-lembaga tertentu dari dalam dan luar negeri.
Tentunya Anda perlu berpikir masak-masak bila ingin berubah jalur ke sektor nirlaba. Sesuai tujuannya, sektor nirlaba bergerak di bidang pelayanan masyarakat, sehingga tidak menjanjikan penghasilan bagi para pengurusnya. Begitu spesifiknya bidang ini, sehingga Laura Gassner Otting –President & CEO Nonprofit Professionals Advisory Group -menulis buku Change Your Career: Transitioning to The Nonprofit Sector.
Namun bila hati Anda sudah mantap, sebagai persiapan awal Anda perlu mencari tahu visi dan misi yayasan atau lembaga nirlaba yang ingin Anda masuki. Setelah itu, Anda perlu menjernihkan kembali motivasi Anda. Dalam bukunya Laura menulis, menemukan tempat di sektor nirlaba berarti membuat tiga pilihan penting. Pertama, berdasarkan masalah sosial yang ada. Kedua, ingin menolong sesama manusia atau ingin membantu menyelesaikan suatu masalah, dan ketiga, Anda ingin menyumbangkan pikiran dan keterampilan.
Setelah menemukan yang paling sesuai dengan passion Anda dan menentukan pilihan, Anda dapat mencoba ‘berkenalan’ lebih jauh dengan yayasan atau lembaga tersebut dengan relawan atau voluntir. Bila merasa cocok, Anda dapat melanjutkannya dengan menjadi pekerja. Banyak orang berpikiran naif bahwa bekerja di sektor nirlaba semata demi membantu sesama. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Mengurus sebuah yayasan diperlukan kerja keras, dedikasi tinggi, keikhlasan (karena kompensasinya minim), mampu bersikap fleksibel, serta memiliki jejaring luas dan tahu cara mengelolanya.
Serasikan keterampilan
Umumnya ada 4 bidang pekerjaan utama dalam sebuah yayasan, yakni pemasaran, menulis proposal, menggelar event dalam rangka menggalang dana, serta melakukan publikasi. Mungkin jabatan terakhir Anda saat masih bekerja formal di sebuah perusahaan memberikan pengalaman dan keterampilan yang memadai untuk pendaratan Anda di sektor ini. Anda hanya tinggal mengerahkan seluruh keterampilan yang Anda miliki dan melakukan kontak dengan jejaring yang pernah Anda jalin sebelumnya.
Bila pengalaman Anda sebelumnya tak cukup memadai, tak perlu khawatir, karena Anda dapat learning by doing. Bila sebelum ini Anda tergolong gaptek atau kurang aktif di media sosial, Anda dapat belajar kembali atau mengaktifkan kembali akun-akun media sosial Anda. Yang pasti, diperlukan sikap terbuka terhadap berbagai kondisi yang jauh berbeda dengan lingkungan perusahaan, serta harus siap menghadapi perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.
Tentunya Anda perlu berpikir masak-masak bila ingin berubah jalur ke sektor nirlaba. Sesuai tujuannya, sektor nirlaba bergerak di bidang pelayanan masyarakat, sehingga tidak menjanjikan penghasilan bagi para pengurusnya. Begitu spesifiknya bidang ini, sehingga Laura Gassner Otting –President & CEO Nonprofit Professionals Advisory Group -menulis buku Change Your Career: Transitioning to The Nonprofit Sector.
Namun bila hati Anda sudah mantap, sebagai persiapan awal Anda perlu mencari tahu visi dan misi yayasan atau lembaga nirlaba yang ingin Anda masuki. Setelah itu, Anda perlu menjernihkan kembali motivasi Anda. Dalam bukunya Laura menulis, menemukan tempat di sektor nirlaba berarti membuat tiga pilihan penting. Pertama, berdasarkan masalah sosial yang ada. Kedua, ingin menolong sesama manusia atau ingin membantu menyelesaikan suatu masalah, dan ketiga, Anda ingin menyumbangkan pikiran dan keterampilan.
Setelah menemukan yang paling sesuai dengan passion Anda dan menentukan pilihan, Anda dapat mencoba ‘berkenalan’ lebih jauh dengan yayasan atau lembaga tersebut dengan relawan atau voluntir. Bila merasa cocok, Anda dapat melanjutkannya dengan menjadi pekerja. Banyak orang berpikiran naif bahwa bekerja di sektor nirlaba semata demi membantu sesama. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Mengurus sebuah yayasan diperlukan kerja keras, dedikasi tinggi, keikhlasan (karena kompensasinya minim), mampu bersikap fleksibel, serta memiliki jejaring luas dan tahu cara mengelolanya.
Serasikan keterampilan
Umumnya ada 4 bidang pekerjaan utama dalam sebuah yayasan, yakni pemasaran, menulis proposal, menggelar event dalam rangka menggalang dana, serta melakukan publikasi. Mungkin jabatan terakhir Anda saat masih bekerja formal di sebuah perusahaan memberikan pengalaman dan keterampilan yang memadai untuk pendaratan Anda di sektor ini. Anda hanya tinggal mengerahkan seluruh keterampilan yang Anda miliki dan melakukan kontak dengan jejaring yang pernah Anda jalin sebelumnya.
Bila pengalaman Anda sebelumnya tak cukup memadai, tak perlu khawatir, karena Anda dapat learning by doing. Bila sebelum ini Anda tergolong gaptek atau kurang aktif di media sosial, Anda dapat belajar kembali atau mengaktifkan kembali akun-akun media sosial Anda. Yang pasti, diperlukan sikap terbuka terhadap berbagai kondisi yang jauh berbeda dengan lingkungan perusahaan, serta harus siap menghadapi perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.
Immanuella Rachmani
Foto: TPGNews