Meski awalnya nikmat, tapi perselingkuhan umumnya tidak selalu berakhir manis. Hubungan semalam (one night stand) dapat berakibat sama buruknya dengan long-term affair dalam sebuah perkawinan, bila akhirnya terbongkar dan suami tidak bisa menerima perlakuan istrinya. Mengakui perselingkuhan kepada pasangan memang tidak banyak membantu mengurangi perasaan bersalah karena ketidaksetiaan istri. Suami akan merasa sakit hati hingga mungkin perkawinan pun harus berakhir. Bahkan bila keduanya tetap bersama, istri harus bekerja keras untuk mengembalikan kepercayaan suami.
Karena itu banyak wanita yang memilih merahasiakan hubungan 'gelapnya' dan menjalani hidup apa adanya. Walaupun mereka harus hidup dengan rasa was-was karena memendam rahasia. Baik mereka yang berterus terang maupun yang merahasiakan perselingkuhan, menanggung beban batin yang sama beratnya. Mempertahankan perselingkuhan akhirnya juga akan menciptakan keintiman yang tidak realistis, karena masing-masing pihak tidak menunjukkan keaslian mereka. Belum lagi 'teror' yang dihadapi bila hubungan terbongkar.
Sekalipun angka perselingkuhan pada wanita cenderung naik, Julia Cole, konselor perkawinan asal Inggris dan penulis buku After Affair yakin bahwa fakta ini bukan berarti akhir dari kekuatan hubungan monogami. Tetapi membuktikan bahwa hubungan suami-istri adalah sesuatu yang harus diupayakan. Menurut Cole, pada dasarnya seseorang tidak akan berselingkuh bila ia bahagia dengan apa yang dimilikinya. "Selingkuh sebenarnya merupakan gejala perpecahan perkawinan, bukan penyebabnya."
Meski telah diwarnai perselingkuhan, perkawinan tetap bisa diselamatkan. Hubungan segitiga yang tercipta dari affair justru dapat merekatkan hubungan perkawinan yang mulai merenggang. Hal ini dapat membantu pasangan saling membenahi diri dan melewati masa-masa sulit mereka. Pada akhirnya perselingkuhan bisa menjadi titik balik bagi pengembangan diri dan menjadi ujian kesetiaan pasangan suami-istri. Yang penting, Anda harus berkaca pada kesalahan-kesalahan dan merajut kembali rasa saling percaya dan cinta yang sempat 'terkoyak'.
Karena itu banyak wanita yang memilih merahasiakan hubungan 'gelapnya' dan menjalani hidup apa adanya. Walaupun mereka harus hidup dengan rasa was-was karena memendam rahasia. Baik mereka yang berterus terang maupun yang merahasiakan perselingkuhan, menanggung beban batin yang sama beratnya. Mempertahankan perselingkuhan akhirnya juga akan menciptakan keintiman yang tidak realistis, karena masing-masing pihak tidak menunjukkan keaslian mereka. Belum lagi 'teror' yang dihadapi bila hubungan terbongkar.
Sekalipun angka perselingkuhan pada wanita cenderung naik, Julia Cole, konselor perkawinan asal Inggris dan penulis buku After Affair yakin bahwa fakta ini bukan berarti akhir dari kekuatan hubungan monogami. Tetapi membuktikan bahwa hubungan suami-istri adalah sesuatu yang harus diupayakan. Menurut Cole, pada dasarnya seseorang tidak akan berselingkuh bila ia bahagia dengan apa yang dimilikinya. "Selingkuh sebenarnya merupakan gejala perpecahan perkawinan, bukan penyebabnya."
Meski telah diwarnai perselingkuhan, perkawinan tetap bisa diselamatkan. Hubungan segitiga yang tercipta dari affair justru dapat merekatkan hubungan perkawinan yang mulai merenggang. Hal ini dapat membantu pasangan saling membenahi diri dan melewati masa-masa sulit mereka. Pada akhirnya perselingkuhan bisa menjadi titik balik bagi pengembangan diri dan menjadi ujian kesetiaan pasangan suami-istri. Yang penting, Anda harus berkaca pada kesalahan-kesalahan dan merajut kembali rasa saling percaya dan cinta yang sempat 'terkoyak'.
Shinta Kusuma