Sehari-hari Anda harus 'berakrobat' dengan seabrek kegiatan: bekerja di kantor, mengurus rumah dan anak, bersosialisasi, merawat silaturahmi dengan kerabat. Kegilaan yang seolah tidak ada habisnya itu seringkali membuat kita mersa stres berlebihan. Akhirnya, 'olahraga mulut' alias ngemil menjadi pelampiasan yang nikmat. Tanpa terasa tahu-tahu berat badan dan lingkar perut maskin 'melar'.
Yang sangat menyebalkan, di usia 35+ kita tidak lagi dengan mudah menurunkan berat badan, tidak seperti di saat kita masih berusia 20-an. Lemak-lemak itu sepertinya begitu bandel, menempel ketat di tubuh kita dan dulit disingkirkan.Salah satu penyebabnya, mungkin Anda mengalami resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah kondisi di mana insulin -hormon yang disekresi oleh pankreas untuk mengontrol level gula darah dalam tubuh- tidak lagi bekerja dengan semestinya. Sel-sel tubuh memerlukan gula (glukosa) untuk mendapatkan energi. Ketika mengonsumsi karbohidrat, tubuh kita akan mengubahnya menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa ini akan dibawa melalui aliran darah menuju sel-sel tubuh. Karena molekul glukosa tidak bisa menembus dinding sel, maka dibutuhkan bantuan insulin untuk menjaga agar glukosa tetap berada di dalam sel. Pada sebagian orang, sel-selnya tidak merespon insulin dengan baik, dan kondisi inilah yang dikenal sebagai gejala resistensi insulin.
Bagaimana seseorang bisa mengalami resistensi insulin? Beberapa faktor yang disinyalir dapat menyebabkan resistensi antara lain kegemukan, diet dengan konsumsi tinggi karbohidrat, dan gaya hidup kurang bergerak. Resistensi insulin juga diturunkan secara genetis, misalnya pada pasien diabetes. Kendati begitu, hampir semua orang yang mengalami kegemukan akan mengalami resistensi insulin, yang kemudian bisa mengarah pada penyakit diabetes, kardiovaskuler, hipertensi, dan kemandulan (polycystic ovarial syndrome).
Resistensi terhadap insulin ini muncul dalam bentuk beberapa gejala yang menumpuk selama bertahun-tahun, sebelum akhirnya menunjukkan gejala yang mengarah pada resistensi insulin. Di antaranya adalah kelelahan -biasanya terjadi akibat sel-sel tidak mendapatkan energi akibat penyerapan glukosa yang kurang baik. Gejala lain adalah perut terasa kembung dan sugar craving (tubuh menagih gula) -akibat level insulin dan glukosa yang berfluktuasi di dalam tubuh. Dan salah satu pertanda yang paling umum adalah munculnya timbunan lemak di bagian-bagian tubuh tertentu. Insulin sering kali 'menabung' lemak di bagian abdominal (perut), sehingga kebanyakan wanita -juga pria- yang mengalami resistensi insulin memiliki lingkar perut yang besar.
Anda yang mengalami resistensi insulin, seberapa besar pun usaha Anda untuk menjaga berat badan dengan diet sehat dan olahraga teratur, sering kali tetap sulit menurunkan berat badan. Hal ini disebabkan semakin banyak insulin yang disirkulasikan ke seluruh tubuh, semakin sulit pula tubuh membakar lemak. Karena, insulin -sebagai regulator utama terhadap glukosa dan lemak tubuh- tidak bekerja dengan baik untuk mengimbangi kalori yang masuk dan keluar dari tubuh. Dalam jangka panjang, lonjakan kadar gula darah itu akan merusak banyak organ tubuh.
Namun kondisi itu bisa diatasi apabila gejala tersebut berhasil ketahuan sejak dini. Tidak hanya resistensi terhadap insulin dapat dikendalikan, kondisi itu juga dapat diperbaiki dengan menjalani pola diet dan olahraga yang tepat. Ingat, mencegah resistensi insulin berarti juga mencegah timbulnya komplikasi penyakit-penyakit lain.
Yang sangat menyebalkan, di usia 35+ kita tidak lagi dengan mudah menurunkan berat badan, tidak seperti di saat kita masih berusia 20-an. Lemak-lemak itu sepertinya begitu bandel, menempel ketat di tubuh kita dan dulit disingkirkan.Salah satu penyebabnya, mungkin Anda mengalami resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah kondisi di mana insulin -hormon yang disekresi oleh pankreas untuk mengontrol level gula darah dalam tubuh- tidak lagi bekerja dengan semestinya. Sel-sel tubuh memerlukan gula (glukosa) untuk mendapatkan energi. Ketika mengonsumsi karbohidrat, tubuh kita akan mengubahnya menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa ini akan dibawa melalui aliran darah menuju sel-sel tubuh. Karena molekul glukosa tidak bisa menembus dinding sel, maka dibutuhkan bantuan insulin untuk menjaga agar glukosa tetap berada di dalam sel. Pada sebagian orang, sel-selnya tidak merespon insulin dengan baik, dan kondisi inilah yang dikenal sebagai gejala resistensi insulin.
Bagaimana seseorang bisa mengalami resistensi insulin? Beberapa faktor yang disinyalir dapat menyebabkan resistensi antara lain kegemukan, diet dengan konsumsi tinggi karbohidrat, dan gaya hidup kurang bergerak. Resistensi insulin juga diturunkan secara genetis, misalnya pada pasien diabetes. Kendati begitu, hampir semua orang yang mengalami kegemukan akan mengalami resistensi insulin, yang kemudian bisa mengarah pada penyakit diabetes, kardiovaskuler, hipertensi, dan kemandulan (polycystic ovarial syndrome).
Resistensi terhadap insulin ini muncul dalam bentuk beberapa gejala yang menumpuk selama bertahun-tahun, sebelum akhirnya menunjukkan gejala yang mengarah pada resistensi insulin. Di antaranya adalah kelelahan -biasanya terjadi akibat sel-sel tidak mendapatkan energi akibat penyerapan glukosa yang kurang baik. Gejala lain adalah perut terasa kembung dan sugar craving (tubuh menagih gula) -akibat level insulin dan glukosa yang berfluktuasi di dalam tubuh. Dan salah satu pertanda yang paling umum adalah munculnya timbunan lemak di bagian-bagian tubuh tertentu. Insulin sering kali 'menabung' lemak di bagian abdominal (perut), sehingga kebanyakan wanita -juga pria- yang mengalami resistensi insulin memiliki lingkar perut yang besar.
Anda yang mengalami resistensi insulin, seberapa besar pun usaha Anda untuk menjaga berat badan dengan diet sehat dan olahraga teratur, sering kali tetap sulit menurunkan berat badan. Hal ini disebabkan semakin banyak insulin yang disirkulasikan ke seluruh tubuh, semakin sulit pula tubuh membakar lemak. Karena, insulin -sebagai regulator utama terhadap glukosa dan lemak tubuh- tidak bekerja dengan baik untuk mengimbangi kalori yang masuk dan keluar dari tubuh. Dalam jangka panjang, lonjakan kadar gula darah itu akan merusak banyak organ tubuh.
Namun kondisi itu bisa diatasi apabila gejala tersebut berhasil ketahuan sejak dini. Tidak hanya resistensi terhadap insulin dapat dikendalikan, kondisi itu juga dapat diperbaiki dengan menjalani pola diet dan olahraga yang tepat. Ingat, mencegah resistensi insulin berarti juga mencegah timbulnya komplikasi penyakit-penyakit lain.