Riana Bismarak, pendiri belowcepek.com:
"Saya 16 tahun bergelut di dunia pariwisata, dan melepas jabatan corporate director bukanlah hal mudah pada awalnya. Namun, saya merasa mentok bila meneruskan berkarier di bidang itu. Karena keahlian saya di bidang sales marketing, maka saya berpikir untuk memulai sesuatu yang baru dan saya sukai dengan keahlian itu. I am a beauty junkie, tapi saya berpikir saya tidak pintar mendandani orang atau membuka salon. Selain kosmetik, saya sangat suka belanja. Bahkan, saking suka dan jago belanja, saya tidak perlu ditemani untuk minta saran. Saya punya mata untuk melihat barang mana yang bagus dikenakan, atau barang mana yang akan laris. Setelah berpikir dan banyak bertanya, ternyata keahlian marketing dan kesukaan saya akan belanja fashion item merupakan rumus yang tepat untuk karier saya selanjutnya."
Fashion itu perlu riset
"Sebelum memulai usaha di industri fashion, saya banyak cari tahu tentang dunia fashion. Saya berlangganan tujuh majalah gaya hidup dan fashion tiap bulan. Saya rajin melihat gaya manekin di mal dan tidak bosa nongkrong di kedai kopi untuk melihat gaya berbusana wanita muda sekarang. Saya banyak menjelajah info di dunia maya dan mencari tahu tentang industru fashion di Indonesia. Ternyata mal-mal kelas menengah ke atas itu kebanyakan produknya berasal dari Spanyol. Sedangkan mal-mal kelas dua, produknya kebanyakan dari Korea, Cina, Hong Kong. Lalu, buatan asli Indonesia ke mana? Mungkin ada anggapan, fashion buatan Indonesia itu batik, kebaya, atau segala hal yang berbau tradisional. Atau produk desainer terkenal yang terlalu mahal untuk kelas menengah. Padahal pasar terbesar itu kelas menengah. Lihat saja ITC-ITC. Di sana banyak dijual busana dan aksesori dengan harga rata-rata Rp150 ribu hingga Rp300 ribu. Dari situ saya berpikir untuk menjual busana dan aksesori asli Indonesia yang harganya masuk akal. Produk saya pun harus bisa dipadupadankan dengan baik untuk kebutuhan visual pembeli. Sebab, salah satu masalah fashion item buatan Indonesia yang dijual dengan harga ramah kantong umumnya agak 'norak'. Setelah banyak bertanya tentang harga rata-rata fashion item yang terjangkau, ternyata jawaban umumnya adalah di bawah seratus ribu. Nah, pada tahun 2011 lalu, saya buatlah belowcepek.com. Semua harga produk saya di bawah Rp100 ribu. Tantangannya, saya harus konsisten menjual semua produk di bawah Rp100 ribu sampai kapan pun.
Langkah kecil untuk tujuan besar
Saya memulai belowcepek.com dengan modal kecil dari tabungan saya sendiri selama bekerja 16 tahun. Saya bukan high risk taker. Jadi, saya tidak meminjam modal dari bank. Untuk menghemat biaya promo, saya mencari nama yang catchy. Karena ingin konsisten menjual produk asli Indonesia, saya menggunakan model Indonesia yang memiliki tinggi dan warna kulit rata-rata orang Indonesia, bahkan ada model saya yang berhijab. Sebab, saya ingin pembeli merasa dekat dengan produk saya. Selain menggunakan modal sendiri, saya juga mencari perajin UKM sendiri. Saat ini saya memiliki 70 UKM penyuplai produk dari Bali, Yogyakarta, Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan lain-lain. Sampai saat ini saya tidak ingin membuka toko, saya lebih suka diakses secara online. Meski terlihat kecil, nyatanya banyak pembeli saya datang dari berbagai daerah. Sampai saat ini saya sudah mengirim hingga ke Aceh, Sorong, Parepare, dan Soroako. Mimpi besar saya adalah punya perusahaan sebesar Uniqlo tapi dibuat di Indonesia dan dijual di Indonesia.
"Saya 16 tahun bergelut di dunia pariwisata, dan melepas jabatan corporate director bukanlah hal mudah pada awalnya. Namun, saya merasa mentok bila meneruskan berkarier di bidang itu. Karena keahlian saya di bidang sales marketing, maka saya berpikir untuk memulai sesuatu yang baru dan saya sukai dengan keahlian itu. I am a beauty junkie, tapi saya berpikir saya tidak pintar mendandani orang atau membuka salon. Selain kosmetik, saya sangat suka belanja. Bahkan, saking suka dan jago belanja, saya tidak perlu ditemani untuk minta saran. Saya punya mata untuk melihat barang mana yang bagus dikenakan, atau barang mana yang akan laris. Setelah berpikir dan banyak bertanya, ternyata keahlian marketing dan kesukaan saya akan belanja fashion item merupakan rumus yang tepat untuk karier saya selanjutnya."
Fashion itu perlu riset
"Sebelum memulai usaha di industri fashion, saya banyak cari tahu tentang dunia fashion. Saya berlangganan tujuh majalah gaya hidup dan fashion tiap bulan. Saya rajin melihat gaya manekin di mal dan tidak bosa nongkrong di kedai kopi untuk melihat gaya berbusana wanita muda sekarang. Saya banyak menjelajah info di dunia maya dan mencari tahu tentang industru fashion di Indonesia. Ternyata mal-mal kelas menengah ke atas itu kebanyakan produknya berasal dari Spanyol. Sedangkan mal-mal kelas dua, produknya kebanyakan dari Korea, Cina, Hong Kong. Lalu, buatan asli Indonesia ke mana? Mungkin ada anggapan, fashion buatan Indonesia itu batik, kebaya, atau segala hal yang berbau tradisional. Atau produk desainer terkenal yang terlalu mahal untuk kelas menengah. Padahal pasar terbesar itu kelas menengah. Lihat saja ITC-ITC. Di sana banyak dijual busana dan aksesori dengan harga rata-rata Rp150 ribu hingga Rp300 ribu. Dari situ saya berpikir untuk menjual busana dan aksesori asli Indonesia yang harganya masuk akal. Produk saya pun harus bisa dipadupadankan dengan baik untuk kebutuhan visual pembeli. Sebab, salah satu masalah fashion item buatan Indonesia yang dijual dengan harga ramah kantong umumnya agak 'norak'. Setelah banyak bertanya tentang harga rata-rata fashion item yang terjangkau, ternyata jawaban umumnya adalah di bawah seratus ribu. Nah, pada tahun 2011 lalu, saya buatlah belowcepek.com. Semua harga produk saya di bawah Rp100 ribu. Tantangannya, saya harus konsisten menjual semua produk di bawah Rp100 ribu sampai kapan pun.
Langkah kecil untuk tujuan besar
Saya memulai belowcepek.com dengan modal kecil dari tabungan saya sendiri selama bekerja 16 tahun. Saya bukan high risk taker. Jadi, saya tidak meminjam modal dari bank. Untuk menghemat biaya promo, saya mencari nama yang catchy. Karena ingin konsisten menjual produk asli Indonesia, saya menggunakan model Indonesia yang memiliki tinggi dan warna kulit rata-rata orang Indonesia, bahkan ada model saya yang berhijab. Sebab, saya ingin pembeli merasa dekat dengan produk saya. Selain menggunakan modal sendiri, saya juga mencari perajin UKM sendiri. Saat ini saya memiliki 70 UKM penyuplai produk dari Bali, Yogyakarta, Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan lain-lain. Sampai saat ini saya tidak ingin membuka toko, saya lebih suka diakses secara online. Meski terlihat kecil, nyatanya banyak pembeli saya datang dari berbagai daerah. Sampai saat ini saya sudah mengirim hingga ke Aceh, Sorong, Parepare, dan Soroako. Mimpi besar saya adalah punya perusahaan sebesar Uniqlo tapi dibuat di Indonesia dan dijual di Indonesia.
Monika Erika