Pontianak adalah ibu kota propinsi Kalimantan Barat. Pontianak dialiri Sungai Kapuas yang membelah kota. Sejarah kota ini diawali dengan kedatangan rombongan Syarif Abdurrachman Alkadrie dari Saudi Arabia di persimpangan 3 sungai Landak, sungai Kapuas Kecil, dan sungai Kapuas pada tahun 1771. Di tempat tersebut, rombongan ini mendirikan rumah. Tiga tahun kemudian Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama, ditandai dengan berdirinya Mesjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan istana Kadariah, yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Istana Kadariah yang kami lihat petang itu dibangun tahun 1774 (artinya sudah berumur 227 tahun), dan kami pun tak boleh terlalu keras mengkritik bangunan yang kurang terawat. Banyak bagian yang nyaris roboh atau lepas. Istana tersebut juga perlu dilabur dan diperbaiki. Namun yang paling menyedihkan, halaman istana menyempit karena terdesak bangunan-bangunan baru di sekitarnya.
Tujuan utama kami di Pontianak adalah mencari makanan asli Melayu. Perkiraan kami di ibu kota propinsi mestinya terdapat restoran Melayu asli yang memenuhi syarat. Di restoran Randayan yang bersebelahan dengan rumah makan Taman Dangau, kami dapatkan yang kami cari. Sebelum makan siang terhidang, segelas air jeruk Pontianak murni membasuh leher kami yang kehausan. Tak lama kemudian tercium bau masakan yang membuat kami tambah lapar. Menunya pilihan teman asal Pontianak, yang sesuai kaidah 4 sehat 5 sempurna. Udang bakar, ikan goreng, sup ikan patin asam pedas, tumis pakis, dan sambal jeruk lengkap dengan lalapannya. Ia juga memesankan untuk kami air sepang, yaitu teh dari rebusan kayu sepang. Air sepang ini berkhasiat melarutkan lemak dan menurunkan kolesterol. Rasanya? God knows …
Pontianak adalah salah satu dari sedikit kota di dunia yang dilewati garis khatulistiwa atau ekuator, yang membelah bumi secara horisontal menjadi belahan utara dan selatan. Bila matahari berada tepat di atas khatulistiwa (terjadi 2 kali dalam setahun, yakni antara tanggal 21-23 Maret, dan 21-23 September), saat itu disebut kulminasi, maka bayangan benda atau manusia yang berada di garis khatulistiwa akan lenyap untuk beberapa detik.