Tidak seorang pun yang tahu pasti tentang jodoh, rezeki, dan ajal. Ketiganya
adalah rahasia Illahi. Namun bagi sebagian orang, menghadapi ketidakpastian --terutama masa depan atau 'nasib'-- bisa membuat gamang bahkan frustrasi. Karena itu mereka mendatangi cenayang (peramal) atau orang yang dianggap punya kemampuan supranatural, untuk 'mengintip’ masa depan mereka.
Cenayang Abad ke-21
Fenomena ramal-meramal memang bukan hal baru. Tradisi budaya Cina mewariskan ramalan shio dan feng shui, yang lebih banyak digunakan untuk memprediksi peruntungan bisnis dan penataan rumah yang tepat serta membawa hoki. Sementara dari kebudayaan Mesir kuno, meramal dengan kartu tarot sudah dikenal sejak 3000-2500 SM. Kartu tarot dipakai sebagai media untuk memprediksi kejadian atau memperoleh petunjuk bagi seseorang dan lingkungan di sekitarnya. Kita menyebut orang-orang yang ahli di bidang ini sebagai cenayang atau peramal.
Tidak hanya orang-orang yang bermasalah, pebisnis, politikus, artis, dan sebagainya, kerap minta diramal. Umumnya mereka ingin tahu sampai kapan mereka punya kedudukan atau posisi yang baik itu. Konon, gedung putih di Amerika Serikat pun punya peramal khusus.
Tidak hanya orang-orang yang bermasalah, pebisnis, politikus, artis, dan sebagainya, kerap minta diramal. Umumnya mereka ingin tahu sampai kapan mereka punya kedudukan atau posisi yang baik itu. Konon, gedung putih di Amerika Serikat pun punya peramal khusus.
Dulu orang menganggap negatif terhadap peramal karena cenderung berbau ‘klenik’ dan tak masuk akal. Padahal tidak semua metode yang digunakan hanya bermodal insting. Palmistry (garis tangan), misalnya, termasuk ilmu parapsikologi yang bisa dihubungkan dengan kepribadian seseorang. Menurut Brissa Eden, pembaca tarot di Rumah Lima di Jakarta Selatan, analisis kartu tarot didasari oleh perhitungan matematis. Karenanya tarot pun bisa melihat prospek bisnis dan nilai rupiah tahun depan.