![](https://www.pesona.co.id/img/images_article/001_001_206_pic.jpg)
![](https://www.pesona.co.id/img/images_tiny/1501.jpg)
Idris Sardi meninggal dunia pada pada Senin (28/4/2014) di Rumah Sakit Meilia Cibubur. Jenazahnya disemayamkan di Rumah Kreatif, Bumi Cimanggis Indah, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, sebelum dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta. Sosok Idris memang tak bisa dipisahkan dari musik, khususnya biola. Ia sempat dijuluki Musikus Gila, Bocah Ajaib, hingga Biola Maut karena kepiawaiannya menggesek biola. Hingga akhir hidupnya, ia telah menghasilkan tak kurang dari 1.900 karya. Dari tangannya tercipta sekitar 900 aransemen untuk kurang lebih 300 film dan sinetron. Presiden Sukarno juga sempat mengirim Idris Sardi bersama beberapa musikus lain ke Irian Barat sebagai duta kesenian. Pemerintah juga beberapa kali mengirim Idris untuk tugas serupa, dari Eropa, India, hingga New York. Tak hanya mendapat tugas ke luar negeri, Idris sempat melakukan 'kerja sosial' di negeri sendiri. Sejak 1983, misalnya, ia melatih personel TNI untuk bermain musik karena satu alasan, yakni musik yang dimainkan anggota TNI sangat sumbang, termasuk ketika membawakan Indonesia Raya. Selama dua tahun, ia tidak pernah mengambil gajinya. Bahkan, tawaran manggung di Eropa ia lewatkan. Karena pengabdiannya ini, ia kemudian diangkat sebagai warga kehormatan TNI AD, pangkat kehormatan letnan kolonel corp ajudan jenderal tituler, serta dianugerahi Tanda Kehormatan Negara Satya Lencana Dwidya Sistha. (Sumber: Koran Tempo, 29 April 2014).
Hingga saat ini, nama alm. Idris Sardi (75) belum tergeser dari predikat 'maestro biola Indonesia'. Dari dunia akting, nama Lukman Sardi (42) seolah mengejar posisi sang ayah, melepaskan diri dari bayang-bayang kebesarannya, dan mengukir kesuksesan sendiri.
Dan berikut ini adalah kenangan wawancara Pesona tahun 2010 dengan Lukman Sardi, yang berbicara tentang ayahnya: