Tahukah Anda jika mutiara Indonesia merupakan merupakan mutiara yang paling tinggi nilainya dan paling indah? Indonesia menghasilkan mutiara berjenis South Sea Pearl yang sering disebut sebagai Queen of Pearl. Proses pembiakan melalui tahapan yang panjang membuatnya semakin bernilai.
Kegiatan usaha budidaya mutiara di Indonesia secara garis besar terdiri dari beberapa tahapan:
Kegiatan usaha budidaya mutiara di Indonesia secara garis besar terdiri dari beberapa tahapan:
1. Pembiakan.
Dengan menggunakan kerang alam liar yang diperoleh dari nelayan-nelayan penyelam kerang atau kerang-kerang hasil breeding yang terbaik. Pengembang-biakan dilakukan di laboratorium, milik perusahaan budidaya mutiara. Setelah berumur 60 sampai 70 hari larva bakal kerang di turunkan ke laut.
2. Pembesaran spat.
Larva bakal kerang yang telah berumur 60 sampai 70 hari dipelihara di perairan laut yang bersih, cukup plankton (ada mangrove dan terumbu karang), tidak tercemar, jauh dari hunian dan tidak bergelombang besar. Biasanya sampai usia 90 hari jumlah larva bakal kerang yang bertahan hidup maksimum 10%. Pada saat ukurannya sudah mencapai 4 cm, biasanya spat tersebut dipindahkan ke perairan yang lebih terbuka dan lebih banyak plankton. Biasanya kerang dewasa yang dapat di-insert untuk mutiara setelah berusia antara 15 hingga 24 bulan. Pertumbuhan kerang tidak sama, dipengaruhi banyak faktor; diantaranya: perairan, temperatur, salinitas, PH, plankton dll.
3. Operasi atau inserting.
Kerang dewasa atau yang dapat dioperasi adalah yang telah mencapai ukuran di atas 16 cm. Untuk inserting diperlukan bibit/ nukleus atau inti mutiara dan donor (Saibo). Untuk menghasilkan mutiara yang baik diperlukan nukleus terbaik yang dibuat dari kulit kerang air tawar sungai Mississippi, USA, jenis Pigtoe. Oleh karenanya nukleus diimpor sebagai bibit pada kegiatan budidaya mutiara. Biasanya kerang yang tetap berisi nukleus setelah 40 hari (Tento), hanya sekitar 80%, sisanya memuntahkan nukleus yang diisikan padanya.
4. Pemeliharaan setelah OP.
Setelah dilakukan penanaman nukleus, maka kerang tersebut dimasukan ke dalam jaring dan dipelihara di laut yang lebih dalam selama 20 bulan hingga 36 bulan. Semakin lama pemeliharaannya akan menghasilkan mutiara yang lebih besar dan lebih bercahaya, sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Tiga bulan sebelum panen, dilakukan pemeriksaan isi mutiara di dalam kerang dengan menggunakan peralatan X-ray. Kerang-kerang yang masih ada mutiaranya yang terus dipelihara dengan insentif dan pengamanan penuh.
5. Panen mutiara.
Bila ketebalan lapisan mutiara (nacre) telah memenuhi standar Internasional, maka dilakukan panen. Biasanya dari seluruh kerang yang dipanen
hanya 70% yang berisi mutiara.
6. Pasca panen.
Dilakukan grading terhadap mutiara hasil panen untuk mengetahui berapa banyak mutiara yang dihasilkan. Biasanya untuk mutiara yang di hasilkan di perairan di NTB hanya sekitar 80% yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dijual, selebihnya gagal.
Dengan menggunakan kerang alam liar yang diperoleh dari nelayan-nelayan penyelam kerang atau kerang-kerang hasil breeding yang terbaik. Pengembang-biakan dilakukan di laboratorium, milik perusahaan budidaya mutiara. Setelah berumur 60 sampai 70 hari larva bakal kerang di turunkan ke laut.
2. Pembesaran spat.
Larva bakal kerang yang telah berumur 60 sampai 70 hari dipelihara di perairan laut yang bersih, cukup plankton (ada mangrove dan terumbu karang), tidak tercemar, jauh dari hunian dan tidak bergelombang besar. Biasanya sampai usia 90 hari jumlah larva bakal kerang yang bertahan hidup maksimum 10%. Pada saat ukurannya sudah mencapai 4 cm, biasanya spat tersebut dipindahkan ke perairan yang lebih terbuka dan lebih banyak plankton. Biasanya kerang dewasa yang dapat di-insert untuk mutiara setelah berusia antara 15 hingga 24 bulan. Pertumbuhan kerang tidak sama, dipengaruhi banyak faktor; diantaranya: perairan, temperatur, salinitas, PH, plankton dll.
3. Operasi atau inserting.
Kerang dewasa atau yang dapat dioperasi adalah yang telah mencapai ukuran di atas 16 cm. Untuk inserting diperlukan bibit/ nukleus atau inti mutiara dan donor (Saibo). Untuk menghasilkan mutiara yang baik diperlukan nukleus terbaik yang dibuat dari kulit kerang air tawar sungai Mississippi, USA, jenis Pigtoe. Oleh karenanya nukleus diimpor sebagai bibit pada kegiatan budidaya mutiara. Biasanya kerang yang tetap berisi nukleus setelah 40 hari (Tento), hanya sekitar 80%, sisanya memuntahkan nukleus yang diisikan padanya.
4. Pemeliharaan setelah OP.
Setelah dilakukan penanaman nukleus, maka kerang tersebut dimasukan ke dalam jaring dan dipelihara di laut yang lebih dalam selama 20 bulan hingga 36 bulan. Semakin lama pemeliharaannya akan menghasilkan mutiara yang lebih besar dan lebih bercahaya, sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Tiga bulan sebelum panen, dilakukan pemeriksaan isi mutiara di dalam kerang dengan menggunakan peralatan X-ray. Kerang-kerang yang masih ada mutiaranya yang terus dipelihara dengan insentif dan pengamanan penuh.
5. Panen mutiara.
Bila ketebalan lapisan mutiara (nacre) telah memenuhi standar Internasional, maka dilakukan panen. Biasanya dari seluruh kerang yang dipanen
hanya 70% yang berisi mutiara.
6. Pasca panen.
Dilakukan grading terhadap mutiara hasil panen untuk mengetahui berapa banyak mutiara yang dihasilkan. Biasanya untuk mutiara yang di hasilkan di perairan di NTB hanya sekitar 80% yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dijual, selebihnya gagal.
Grading mutiara:
1. Warna (pink, white, silver, gold, champagne, yellow, cream)
2. Bentuk (drop, oval, round, near round, button, baroque, circle)
3. Kemilau atau lustre (high, medium, low)
4. Ukuran (8 – 20 mm)
5. Tingkat kemulusan (No spot, few spot, a few spot, some spot, many spot)
6. Ketebalan nacre.
7. Penjualan.
Penjualan mutiara oleh perusahaan budidaya mutiara biasanya dengan cara dikelompokkan dalam kantung-kantung, tidak diikat dalam bentuk perhiasan atau sejenisnya.
8. Produk akhir perhiasan.
Pemakai umumnya membeli produk akhir dalam bentuk perhiasan yang diproduksi oleh industri perhiasan
8. Produk akhir perhiasan.
Pemakai umumnya membeli produk akhir dalam bentuk perhiasan yang diproduksi oleh industri perhiasan
Erin Metasari